Sebagai seorang muslim, tentunya kita sudah pernah bersyahadat bukan? Ya, syahadat merupakan syarat seseorang untuk menjadi seorang muslim. Namun tahukah anda sebenarnya apa makna dara syahadatain itu sendiri?
Kita sering memaknai syahadatain sebaga “aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”. Memang, arti syahadatain kurang lebih seperti itu. Namun sebenarnya maknanya jauh lebih dalam. Tidak sebatas persaksian begitu saja, masih banyak hal yang harus kita perhatikan dalam bersyahadat ini.
Makna Syahadatain
Sebenarnya, lafadz “Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah” terbagi ke dalam du bagian.
Yang pertama, lafadz “laa ilaaha” yang artinya “tiada Tuhan” merupakan bentuk an-Nafi atau menolak hak penyembahan kepada sesuatu pun di dunia ini. Bentuk ini merupakan sebuah bentuk penolakan kepada penyembahan sesuatu. Namun kalimat ini dilanjutkan pada lafadz “illallah” yang artinya “kecuali Allah”. Bentuk ini merupakan bentuk al-Isbat atau bentuk penetapan. Yaitu menetapkan bahwa satu-satunya dzat di dunia ini yang patut disembah, patut menghambakan diri padaNya, patut bergantung padaNya, dan patut untuk tidak syirik padaNya hanyalah Allah semata.
Yang kedua, lafadz “Waasyhadu anna Muhammadan Rasulullah” merupakan suatu bentuk pernyataan bahwa kita berittiba’ (mengikuti dengan sebenar-benarnya) dan mengakui bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba dan rasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya, yaitu menaati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan syariat yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Syarat-syarat Syahadatain
- Ilmu (mengetahui), yang menafikan jahl (kebodohan).
- Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan)
- Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan)
- Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan)
- Ikhlash, yang menafikan syirik.
- Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta)
- Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian).
Bersambung...
Wallahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar