Dunia ini benar-benar mengalami sebuah guncangan yang besar. Musibah dan bencana alam yang terjadi di berbagai penjuru negeri sepertinya sudah tidak lagi asing bagi kita. Di mana-mana sudah banyak terjadi gempa bumi, longsor, banjir bandang, kebakaran, dll. Dan seiring berjalannya waktu ternyata banyak orang yang pada akhirnya sadar. Bahwa sebenarnya kerusakan itu sebagian besar disebabkan oleh rusaknya lingkungan. Dengan itu pula wacana ‘go green’ semakin gencar digulirkan. Ternyata, banyak juga orang yang sadar.
Namun yang perlu kita sadari sebagai seorang muslim, maka sudah seharusnya kita merenung. “Mengapa begitu banyak bencana dan kerusakan di muka bumi? Apakah sudah turun adzab Allah kepada manusia?”. Apa sebenarnya jawaban dari pertanyaan itu? Sesungguhnya, Allah telah menjawab hal itu dalam kitabNya yang mulia, al-Qur’an:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)QS ar-Ruum: 41
Dalam ayat ini, Allah benar-benar menegaskan bahwa kerusakan yang terjadi di muka bumi, baik darat ataupun laut, adalah karena ulah manusia sendiri. Tangan-tangan manusia sendirilah yang menyebabkan kerusakan. Dan akhirnya? Kerusakan itu kembali lagi menimpa manusia. Banjir, tanah longsor, dan musibah lain akhirnya menimpa manusia karena ulah manusia itu sendiri.
Sekarang memang sudah terlihat. Bagaimana sebenarnya kerusakan itu dibuat oleh ulah tangan manusia sendiri. Penebangan hutan secara gila-gilaan, eksploitasi laut dan barang tambang yang menggila, atau pengerukan hasil bumi secara berlebihan. Apakah hal itu dapat dibenarkan? Tentu saja tidak! Karena itu berarti kita telah berbuat melampaui batas. Dan sesungguhnya, Allah tidak suka dengan orang-orang yang berlebihan dan melampaui batas.
...Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihanQS al-A’raaf: 31
Makna Kerusakan di Muka Bumi
Jika tadi kita telah membahas kerusakan di muka bumi dari kacamata sains, maka kali ini kita akan membahas ini dari sisi berbeda, yaitu tafsir!
Salah seorang ulama besar, Imam Abul ‘Aliyah ar-Riyaahi menafsirkan ayat ini. Dan kata-katanya direkam dalam kitab tafsir karya Ibnu Katsir
Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi maka (berarti) dia telah berbuat kerusakan padanya, karena perbaikan di muka bumi dan di langit (hanyalah dicapai) dengan ketaatan (kepada Allah)
Lihatlah! Bukankah Allah telah menghamparkan bumi ini dengan sebaik-baiknya? Bukankah Allah telah menganugerahkan nikmat yang banyak kepada kita? Bukankah kebun-kebun yang subur, hutan yang lebat, buah-buahan yang ranum, dan air yang segar adalah pemberian Allah? Lalu mengapa kita banyak mengingkarinya? Mengapa kita terus bermaksiat kepadaNya?
Perbaikan yang Semu
Ada lagi alasan-alasan yang dibuat oleh para pembuat kerusakan di muka bumi. Mereka yang telah melanggar hukum Allah terus-terusan menggulirkan berbagai macam pemikiran, trend, atau peraturan yang menjadi produk mereka dalam melawa Allah.
Mulai dari pelarangan jilbab, sekularisasi, atau liberalisme terus-terusan mereka serukan. Mereka mengemukakan alasan-alasan aneh yang menyatakan bahwa tindakan mereka itu adalah sebuah bentuk perbaikan dalam perkembangan zaman. Apakah hal itu benar?
Atau mungkin para perusak alam yang berdalih melakukan perbaikan lewat perbuatan mereka yang berlebihan. Apakah hal itu benar?
Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.". Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.QS al-Baqarah: 11-12
Lihatlah! Sesungguhnya perbaikan yang sebenarnya adalah peralihan dari yang buruk menjadi yang baik, mulai dari yang amburadul menjadi teratur. Sementara itu, mereka mengacak-ngacak aturan yang telah Allah gariskan di muka bumi. Apakah hal itu dapat disebut sebagai perbaikan? Tentu saja tidak! Satu-satunya langkah kita untuk melakukan perbaikan adalah kembali kepada jalan yang benar, menambah ketaqwaan kita kepada Allah. Itulah perbaikan yang sebenarnya!
Hikmah Dari Musibah
Jika tadi kita telah mengetahui mengapa begitu banyak kerusakan di muka bumi ini, maka sudah saatnya kita bertafakur dan mengambil hikmah dari kejadian itu.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)QS ar-Ruum: 41
Di ayat ini, setelah Allah menjelaskan penyebab kerusakan itu, maka Allah mengakhiri ayat ini dengan hikmah yang sudah seharusnya kita petik, yaitu kembali ke jalan yang benar. Ya, satu-satunya cara untuk memperbaiki ini adalah kembali ke jalan yang benar. Karena sesungguhnya musibah yang menimpa kita sudah seharusnya menjadi bahan introspeksi untuk kita agar kita sadar untuk kembali ke jalan yang benar. Dan di ayat lain, Allah berfirman,
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)QS asy-Syuura: 30
Ayat ini sebenarnya hampir sama dengan ayat yang sebelumnya (ar-Ruum: 41), yaitu menjelaskan bagaimana kerusakan itu sebenarnya dibuat oleh tangan-tangan manusia itu sendiri yang telah bermaksiat. Dan kembali di akhir ayat, Allah membangkitkan semangat kita dalam beramal dan memperbaiki diri. Ya, karena Allah-lah yang Maha Pemaaf!
Jika Tidak Memperbaiki Diri?
Jika tadi telah dijelaskan bagaimana seharusnya kita memperbaiki diri, maka apa yang akan terjadi bila kita tidak mau berbenah dan memperbaiki diri kita?
Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas. yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikanQS asy-Syu’araa: 151-152
Ya, jika orang telah berbuat kerusakan di muka bumi, maka merekalah yang sesungguhnya melampaui batas. Karena mereka tidak menyadari bagaimana sebenarnya dampak dari perbuatan buruk mereka sendiri. Dan sekali lagi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Wallahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar