Kepedulian dan Solidaritas Seorang Muslim

3 Juni 2010

Gambaran untuk saling mencintai, kasih sayang dan saling menolong di antara orang-orang yang beriman adalah bagaikan satu badan. Jika ada anggota badan yang sakit maka yang lain juga turut merasakan sakit dengan demam dan tidak bisa tidur di waktu malam
HR Bukhari dan Muslim
Tragedi Mavi Marmara sudah seharusnya membuka mata kita kepada masalah yang dihadapi umat ini, solidaritas. Kita sebagai umat Islam, umat yang satu. Sudah seharusnya bersatu. Mengapa? Karena kita bersaudara! Namun sekarang apa yang terjadi? Kaum muslimin yang ada di seluruh belahan dunia ternyata terpecah belah. Kita, kaum muslimin yang hidup saat ini, rupanya telah menutup mata terhadap apa yang terjadi dengan saudara kita yang lain di luar sana. Kita terlalu lalai memperhatikannya. Apakah itu adalah sikap muslim sejati? Apakah itu adalah sikap kaum yang mengaku bersaudara satu sama lain?
Kaum muslimin saat ini benar-benar telah menjadi kaum yang terpecah belah. Banyak orang yang terlalu sibuk dan menyibukkan diri dengan kehidupannya sendiri, hingga akhirnya lupa dengan kehidupan orang lain yang ada di sekitarnya. Mereka menutup mata atas apa yang dialami oleh saudaranya sesama muslim. Mereka seakan-akan tidak peduli dengan nasib saudara-saudaranya yang ada di belahan dunia lain. Mereka lupa bagaimana kerasnya hidup di jalur Gaza, pahitnya perjuangan di Bosnia Herzegrovina, dahsyatnya penderitaan di Afghanistan, sulitnya pergerakan di bumi Chechnya.
Saudaraku, ingatlah saudaramu! Apakah engkau tidak malu bila engkau menikmati hidup ini dengan nikmatnya tetapi anda tidak simpati dengan kehidupan saudara anda lain? Apakah anda tidak malu bila anda minum air yang segar, makan makanan yang lezat, dan tidur di kasur yang empuk, sedangkan saudara anda minum dari air keruh, makan makanan seadanya, tidur beralaskan batu, dan di dalam hati anda tidak ada kepedulian atas yang terjadi pada saudara anda. Apakah itu sosok muslim sejati? Apakah itu figur persaudaraan yang benar?
Sungguh! Allah telah menyatukan kita, kaum muslimin, ke dalam satu ikatan yang paling kuat dalam sejarah umat manusia. Kita tidak dipersaudarakan karena sebangsa, serumpun, senegara, satu warna kulit, satu ras, atau yang lainnya. Tetapi kita telah berikatan dengan satu ikatan, yaitu ikatan keimanan!
Lihat saja bagaimana suku Aus dan Khazraj yang awalnya bermusuhan dan selalu berselisih. Apakah ketika Islam menyinari mereka saat itu mereka masih tetap bermusuhan? Tidak! Karena mereka sadar bahwa mereka adalah satu.
Atau masih ingatkah kita dengan hubungan yang paling kuat antara kaum muhajirin dan anshar. Kaum muhajirin (orang-orang yang berhijrah) yang meninggalkan kampung halamannya tanpa membawa harta yang cukup tiba di Madinah dalam keadaan yang tidak berkecukupan. Namun apa yang terjadi? Ternyata kaum Anshar (penolong) dengan ikhlas berbagi dan menolong saudara barunya. Dan hal itu dilakukan tanpa basa-basi, tanpa pamrih! Kaum Anshar rela berbagi apa saja kepada kaum Muhajirin. Baik itu harta, rumah, kebun, bahkan istri sekalipun!
Atau mungkin ketika sejarah mencatat sebuah empirium terbesar sepanjang masa yang wilayahnya terbentang dari Eropa hingga Asia. Mereka menjadi satu kekuatan terbesar yang pernah dikenal. Ya, itulah kaum muslimin! Kaum yang menganut satu-satunya agama yang mampu menyatukan seluruh bangsa tanpa fanatisme golongan. Itulah Islam!         
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk
QS Ali Imran: 103
Atau lihatlah kisah kasih terindah yang terjalin di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya. Mereka rela mengorbankan hidup demi kelangsungan hidup yang lain.
Ada kisah yang mengharukan dalam sejarah betapa indahnya cinta di antara kaum muslimin satu sama lain. Suatu hari, ada 3 orang Islam yang terluka parah ketika dalam suatu medan jihad. Lalu datanglah seseorang yang membawakan air minum untuk mereka. Awalnya ia datang kepada orang yang pertama, lalu orang yang pertama berkata bahwa orang kedua lebih membutuhkannya dibandingkan dirinya. Setelah itu ia pergi ke orang yang kedua untuk memberikan air kepadanya, tetapi orang yang kedua mengatakan bahwa orang yang ketiga lebih berhak mendapatkannya karena ia lebih membutuhkannya. Lalu orang itu pergi membawakan air kepada orang yang ketiga, namun ternyata orang yang ketiga menolak dan menyuruhnya untuk pergi ke orang pertama karena ia lebih butuh darinya. Akhirnya ia pun pergi ke orang yang pertama namun orang pertama sudah meninggal. Lalu ia pergi ke orang yang kedua namun ia pun sudah meninggal. Dan terakhir ia pergi kepada orang yang ketiga namun orang yang ketiga itu pun telah meninggal dunia.
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka
QS al-Fath: 29
Karena itu, sudah seharusnya kita lebih membuka mata kita terhadap nasib saudara kita yang lain. Kita harus saling berkasih sayang sesama muslim.
Wallahu a’lam

Artikel Terkait



0 komentar:

Posting Komentar