Seorang hamba adalah Rabb dan Rabb adalah hamba. Duhai kiranya, siapakah yang diberi kewajiban beramal? Jika engkau katakan hamba, maka ia adalah Rabb. Atau engkau katakan Rabb, kalau begitu siapa yang diberi kewajiban?-Ibnu 'Arabi, Al Futuhat Al Makkiyah-
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Maha Suci Dia dari segala yang diucapkan oleh penurut hawa nafsu. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, berserta keluarganya, para shahabatnya, dan ummatnya yang istiqamah di atas sunnahnya hingga akhir zaman. Amma ba'du.
Sebuah hal yang baru bagi kami, untuk menukil sebuah perkataan yang dengan jelas menampakkan kesesatannya. Ya, perkataan itu adalah perkataan dari seorang sufi atheis bernama Ibnu 'Arabi. Ia merupakan salah satu pentolan pendukung paham wihdatul wujud (penyatuan antara Rabb dan hamba, Maha Suci Allah dari apa yang mereka sangka).
Namun yang terkadang menjadi masalah bagi kita yang awam, adalah bagaimana membedakan antara orang sesat dan orang yang benar. Seperti nama Ibnu 'Arabi ini, ada salah satu ulama ahlussunnah yang terkemuka yang memiliki nama yang mirip: Ibnul 'Arabi. Jika kita tidak mengetahui hal ini, bisa-bisa kita terkecoh dengan nama yang mirip ini padahal memiliki paham yang sangat jauh berbeda.
Yang Pertama, Ibnul 'Arabi
Beliau bernama Muhammad bin Abdullah bin Muhammad al-Isybili, masyhur dengan sebutan
Abu Bakar Ibnul 'Arabi. Beliau merupakan ulama madzhab Maliki, seorang
Qadhi/Hakim, dan pakar hadits senior. Lahir pada 22 Sya’ban
468 H, dan wafat di tahun 543 H.
Begitu sangat pandai dalam sastra Arab
dan telah sampai derajat ijtihad dalam hal ilmu agama. Beliau memiliki
beberapa tulisan dalam cabang hadits, fikih, ushul, tafsir, sastra,
dan sejarah. Antara lain: Al ’Awashim min Al Qawashim, Ahkam Al Qur`an, An Nasikh wa Al Mansukh fii Al Qur`an, dll.
Yang Kedua, Ibnu 'Arabi
Bernama lengkap Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah Al Hatimi Al Andalusi. Memiliki gelar Muhyiddin dengan nama tenar Ibnu 'Arabi. Dilahirkan di Murcia, Andalusia, Spanyol, pada tahun 560 H.
Pernah tinggal di Mekah beberapa tahun. Dan ketika di sana, ia sempat
menulis bukunya yang berjudul Al Futuhat Al Makkiyyah. Ia juga memiliki
beberapa tulisan lain, seperti Fushush Al Hikam, yang dikritik habis
oleh Ibnu Taimiyyah. Ia juga memiliki Diwan Syi’r (kumpulan syair) yang
menunjukkan kafasihannya yang berkelas. Hanya saja, ia mengotorinya
dengan ucapan terus terangnya dengan akidah wihdatul wujud (keyakinan
seorang makhluk yang dapat bersatu dengan Khalik/Sang Pencipta). Dari
sisi sinilah ulama terdahulu dan terkini mengupas habis akidah Ibnu
'Arabi, di samping beberapa penyimpangan sesat yang lain.
Petikan Ucapan Ibnu 'Arabi yang Menyimpang
"Seorang hamba adalah Rabb dan Rabb adalah hamba. Duhai kiranya, siapakah yang diberi kewajiban beramal? Jika engkau
katakan hamba, maka ia adalah Rabb. Atau engkau katakan Rabb, kalau
begitu siapa yang diberi kewajiban?" (Al Futuhat Al Makkiyyah)
Padahal sudah jelas firman Allah,
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (QS. Asy Syura: 11)
Di tempat lain, Ibnu 'Arabi berkata,
"Sesungguhnya seseorang ketika menyetubuhi istrinya tidak lain (ketika itu) ia menyetubuhi Allah!" (Fushush Al Hikam)
Bahkan orang berakal mana pun yang mendengarnya maka sudah tahu kerusakannya.
"Sebelumnya aku mengingkari kawanku yang berbeda agama denganku. Namun
kini hatiku bisa menerima semua keadaan, tempat gembala rusa dan gereja
pendeta, tempat berhala dan Ka’bah, lembaran-lembaran Taurat dan Mushaf
Al Qur’an" (Al Futuhat Al Makkiyyah)
Mungkin inilah salah satu pelopor gerakan pluralisme agama. Tidakkah sampai kepadanya ayat Allah,
"Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya. Dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang merugi" (QS. Ali Imran: 85)
Fatwa Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan
Pertanyaan: Ada kerancuan bagi saya antara Ibnu Arabi dan Ibnu Al Arabi. Saya
berharap Anda dapat menjelaskan kepada kami perbedaan antara keduanya
dan kitab terkenal yang ditulis oleh keduanya ?
Jawaban:
Perbedaan antara keduanya jelas sekali. Ibnu Arabi tanpa (al) adalah seorang atheis yang terkenal, orang yang mengatakan wihdatul wujud. Dia termasuk salah satu tokoh sufi ekstrim yang menyeru untuk menjadi atheis dan mengatakan wihdatul wujud. Diantara kitabnya yang paling jelek adalah “Al Futuuhaat Al Makiyyah” dan “Fushushul Hikam”. Kedua kitab tersebut adalah kitab-kitab yang mengajak kepada ajaran atheis yang mengatakan wihdatul wujud,
yaitu tidak membedakan antara Khaliq dan Makhluk. Sesungguhnya sesuatu
yang ada wujudnya menurut aqidah mereka adalah Allah. Maka Maha Tinggi
Allah dari apa yang dia katakan.
Adapun Ibnu Al Arabi dengan (al) dia adalah seorang Imam besar yang
terkenal : Abu Bakar bin Al Arabi Al Maliki. Beliau memiliki banyak
tulisan yang besar, baik dalam bidang hadits maupun tafsir. Beliau juga
punya sebuah kitab yang agung dalam membela para sahabat yang beliau
namakan : “Al ‘Awaashim minal Qawaashim”. Dalam kitab ini beliau membela Islam dan sahabat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, dan ini adalah kitab yang agung. Beliau juga mempunyai kitab “Tafsiir Aayatul Ahkaam” dalam dua jilid besar. Selain itu beliau juga mensyarah sunan At Tirmidzi, dalam kitabnya : “Aaridhul Ahwadzii fii Syarhi Sunan At Tirmidzi”. Kitab-kitab beliau ini semunya ada dan tercetak, Alhamdulillah.
Dengan demikian terdapat perbedaan yang nyata antara dua orang ini.
Yang pertama adalah orang kafir dan sesat yaitu Ibnu 'Arabi Al Haatimi At
Thaai, sedangkan satunya lagi Ibnu Al 'Arabi, seorang imam besar dan
terkenal dengan keistiqamahan, keilmuan dan ketaqwanya rahimahullah. (Sumber)
Wallahu a'lam.
Sumber Penulisan:
kaahil.wordpress.com | abuayaz.blogspot.com | majalahislami.com | kisahislam.net | amuli.wordpress.com
Surabaya, 21 September 2012
Artikel: Cafe Sejenak
1 komentar:
semoga kita mndpkn keberkahan dari tuan ibnu Arabi,amin. saran saja jgnlah kita menulis/membaca sembarangan kitab2 dari ibnul Arabi,sesungguhnya kita tdk dibolehkan membaca kitab dari beliau,kecuali org2 yg sdh memahami figih dhohir dan bathin,dan telah memahami bukan saja tafsir ALGUR'AN tapi juga sifat2 ALGUR'AN.
Posting Komentar