Sekali-kali tidak akan pernah baik (generasi) akhir ummat ini, melainkan dengan apa yang telah menjadikan generasi awalnya baik
-Imam Malik-
Di zaman dahulu, kita sering mendengar kisah-kisah mengenai bagaimana orang-orang yang hidup di zaman sebelum kita, para pendahulu kita, adalah orang-orang yang telah menjadi legenda. Nama mereka yang tercatat dalam sejarah sebagai manusia yang telah menorehkan tinta emas di atas lembaran ummat ini.
Kita mendengar bagaimana besarnya kasih sayang Abu Bakar ash-Shiddiq, keteguhan Umar bin Khattab, kelembutan Utsman bin Affan, dan keberanian Ali bin Abi Thalib –rahimahumullah ajma’in- menjadi sebuah ‘dongeng pengantar tidur’ bagi kita yang hidup di zaman ini. Membayangkan bagaimana pengorbanan dan perjuangan mereka, bagaimana cucuran keringat dan darah mereka, menjadi sebuah tonggak lahirnya sebuah peradaban besar, yang kemudian menjadi sebuah pusaran energi terbesar dalam sejarah manusia. Membayangkan hal-hal besar seperti itu, tentang bagaimana ketulusan Abu Bakar yang menyerahkan seluruh hartanya di jalan Allah, tentang Thalhah bin Ubaidillah yang rela menjadi tameng hidup demi Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam, tentang keluarga Yasir yang menjadi simbol pengorbanan, bagi kita yang hidup di zaman sekarang tampaknya hal itu hanyalah sebuah kisah karangan belaka, sebuah kisah yang dibuat-buat tentang adanya manusia super dari langit. Padahal, mereka yang kita anggap ‘Superman’ itu adalah manusia biasa, yang mampu menembus batas egoisme dalam demi mereka menuju jannah. Mereka yang telah menjadi pendahulu kita adalah sebaik-baiknya generasi, dan bukan sefiksi-fiksinya generasi.