Kaum Paling Berpengaruh bagi Dunia

31 Maret 2010 0 komentar

Suatu waktu Amirul Mukminin Umar bin Khattab ingin mengangkat seorang gubernur di suatu wilayah. Sebelum pelantikan gubernur yang baru itu, Umar bin Khattab terlebih dahulu bermain-main dan mencium anak sang calon gubernur. Terlihat sekali rasa kasih sayang Umar kepada anak kecil itu, meskipun dirinya bukan ayah anak itu. Dan terlihat sekali anak itu begitu senang dan bahagia ketika bersama Umar. Setelah selesai mencium anak itu, Umar pun menurunkan anak itu dari pelukannya. Setelah melihat itu, sang calon gubernur bertanya,
            “Apakah engkau selalu begitu wahai Amirul Mukminin?”
            “Tentu saja,” jawab Umar.
            “Demi Allah, aku tidak pernah mencium anakku sekalipun,” kata calon gubernur itu.
            Setelah mendengar hal itu, tanpa basa-basi Umar langsung merobek surat tugas yang rencananya akan diberikan pada calon gubernur itu dan membatalkan pelantikannya.
            “Bagaimana bisa engkau menyayangi rakyatmu sedangkan dirimu saja tidak menyayangi keluargamu,” ucap Amirul Mukminin Umar bin Khattab.
            Begitulah kira-kira kisah yang diambil dari sebuah buku yang berjudul Kisah-kisah Islami yang Menggetarkan Hati karya Hasan Zakaria Fulaifal. Kisah ini mengandung banyak hikmah yang mampu kita ambil.
            Kisah ini sebenarnya mengajarkan kita, sebagai kaum muslimin untuk terus dan tetap berkontribusi kebaikan bagi sekitar kita. Kita sebagai kaum muslimin harus bisa membawa efek positif bagi lingkungan kita. Kita harus bisa membawa pengaruh yang baik bagi alam yang kita tempati. Karena sedari awal, misi para nabi dan rasul tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai rahmat semesta alam.
            “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. al-Anbiyaa: 107)
            Ya, kita sebagai seorang muslim harus bisa mengukir jejak-jejak kebaikan di dunia. Jangan sampai kehadiran anda sebagai muslim hanya menjadi sia-sia karena tidak adanya pengaruh anda. Anda harus bisa memberikan sentuhan kebaikan dan kasih sayang anda kepada lingkungan anda. Dan seharusnya, anda harus bisa melakukannya di tengah-tengah manusia.
            Kisah Umar tadi telah mengajarkan kita, bahwa sesungguhnya orang yang pertama kali merasakan manfaat anda adalah keluarga kita sendiri. Bagaimana kita bisa membawakan kemaslahatan bagi masyarakat luar sedangkan keluarga kita sendiri tidak merasakan manfaat diri anda? Mulailah dengan lingkungan terdekat kita. Lakukan kebaikan itu dengan langkah yang pasti. Meskipun lambat, namun harus terarah. Langkah kebaikan kita harus mengarahkan diri kita dan keluarga kita ke arah yang lebih baik dan sempurna. Dengan ini kita bisa membuktikan bahwa diri kita pantas untuk melangkah keluar dan terjun langsung ke masyarakat demi mengarahkan mereka pada kebaikan. Namun, bagaimana caranya?
            Tentu saja dengan dakwah! Dengan menyeru pada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran. Karena sesungguhnya, merekalah orang-orang yang beruntung.
            “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung,” (Q.S. Ali Imran: 104)
            Dengan dakwah, maka diri anda telah membangun generasi emas umat manusia. Dengan dakwah, maka anda telah mengambil kendali umat ini dan mengarahkannya ke arah yang lebih baik. Dan dengan dakwah, anda bisa meninggalkan pengaruh positif dan anda telah berkontribusi dalam hal kebaikan dan mewujudkan Islam sebagai fitrahnya, Islam sebagai rahmat semesta alam! Dan dengan dakwah, kita bisa meninggalkan sentuhan kebaikan pada generasi umat Islam selanjutnya sebagai umat yang terbaik di dunia.
            “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah...” (Q.S. Ali Imran: 110)
            Dan generasi pendahulu kita telah membuktikannya, bahwa sesungguhnya muslim memiliki kontribusi besar bagi perkembangan dunia ke arah yang lebih baik. Di bawah bendera Islam ilmu itu berkembang pesat. Pengetahuan-pengetahuan yang bagaikan pelita telah menerangi dunia yang gelap. Ya, Islam telah memberikan sentuhan kebaikannya kepada dunia. Dan generasi-generasi sebelum kita telah membuktikan bahwa mereka mampu berkontribusi.
Begitu pula kepribadian dan akhlak pendahulu kita. Mulai dari generasi sahabat nabi, tabiin, dan tabiuttabi’in telah menunjukkan dan menyebarkan manfaat serta kemuliaan dengan akhlak mereka yang indah. Dengan akhlak mereka yang mulia, mereka berhasil menyebarkan kebaikan dan kemuliaan ke muka bumi ini. Mereka mulai mengubah dunia dengan mengubah kepribadian diri mereka sendiri, lalu kepribadian kaum kerabat mereka, lalu kepribadian lingkungan mereka, lalu kepribadian generasi penerus mereka.
Lihatlah strategi dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam! Beliau bukan berdakwah dengan kekerasan, melainkan dengan akhlak yang mulia. Dan dengan akhlak mulia itu, manfaat dari diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak hanya bagi kaum muslimin saja, bahkan hingga kaum kafir pun merasakan manfaat dan kebaikan dari diri Rasulullah. Beliau mulai dengan akhlak beliau sendiri, lalu menyebarkan kebaikan dari mulai keluarganya, lalu ke kerabat dan sahabatnya, lalu masyarakatnya, lalu generasi penerusnya, dan akhirnya seluruh dunia!
Dan kisah Amirul Mukminin Umar bin Khattab bersama sang calon gubernur pun mengajarkan kita tentang seni mempengaruhi orang. Kisah tadi sebenarnya menyiratkan bahwa kita harus mempengaruhi dunia dan tidak terpengaruh dunia. Lihatlah Umar bin Khattab! Yang telah menguasai banyak wilayah dan penguasa kaum muslimin! Dirinya telah mengembangkan sayap Islam hingga ke negeri Persia dan Romawi. Memang dunia dengan izin Allah telah berada di dalam kekuasaannya. Tetapi sama sekali beliau tidak terpengaruh dunia, bahkan dirinyalah yang mempengaruhi dunia!
Bagaimana Umar memperhatikan seorang anak kecil dengan kasih sayangnya. Dirinya telah mempengaruhi anak kecil itu hingga sang anak pun nyaman berada di dekatnya. Berbeda dengan ayah sang anak yang rupanya terpengaruh oleh dunia hingga akhirnya rasa cintanya pada anaknya telah berpindah kepada cinta dunia. Dirinya bahkan tidak mampu mempengaruhi dan memberi sentuhan kelembutan, kasih sayang, dan kebaikan kepada anaknya sendiri. Bagaimana bisa orang seperti itu mampu mengurus dunia, sedangkan mengurus anaknya saja tidak bisa?
Sahabat...
Bagaimana dengan kita? Mampukah kita berkontribusi bagi kemajuan dunia? Mampukah kita mengukir prestasi kebaikan diri kita? Mampukah kita mempengaruhi dunia dan tidak terpengaruh dunia?
            Wallau a’lam.

Jati Diri Kaum Muslimin

0 komentar

Sejenak, mari kita tengok masa lalu umat Islam, yaitu ketika di tahun 656 Hijriah atau tahun 1258 Masehi. Ketika Abbasiyah jatuh ke tangan Mongolia di bawah pimpinan Hulaghu Khan, kaum muslimin saat itu dalam keadaan yang sangat kacau. Banyak infrastruktur milik kaum muslimin hancur berantakan. Mulai dari masjid-masjid, gedung pemerintahan, sekolah-sekolah, dan gedung-gedung perpustakaan diporak-porandakan oleh Hulaghu dan bala tentaranya. Seluruh keluarga khalifah terbunuh, tak terkecuali khalifah terakhir Bani Abbasiyah, al-Mu’tashim. Saat itu, kaum muslimin benar-benar dalam keadaan yang sangat kelam. Kaum muslimin tidak memiliki pemimpin, tidak memiliki panutan, tidak memiliki kekuatan. Saat-saat itu merupakan saat-saat kelumpuhan total bagi kaum muslimin dan merupakan kisah pilu tentang luluh lantaknya peradaban kaum muslimin yang telah dibangun dari keringat, darah, harta dan jiwa seluruh umat Islam.
Kaum muslimin di zaman itu bertekuk lutut kepada kaum kuffar. Dan mereka saat itu harus mematuhi hukum yang ditetapkan oleh Mongol yang disebut sebagai Kitab al-Yasiq. Kitab itu merupakan kitab perundang-undangan yang merupakan perpaduan antara kitab suci Islam, Yahudi, Kristen, dan pendapat-pendapat atau putusan yang dibuat oleh Jenghis Khan, pemimpin besar Mongol.  
Namun, apa yang terjadi? Satu hal yang paling membuat kita terkagum adalah di antara kaum muslimin, tidak seorang pun dari mereka yang berganti identitas dan jati diri. Mereka tetap berkepribadian muslim sejati. Tidak ada yang berubah, mulai dari bahasa, budaya, tata kelakuan, dan gaya hidup. Mereka masih memegang teguh prinsip-prinsip seorang muslim.
Sementara itu, bagaimana keadaan al-Yasiq? Ternyata hukum yang telah sudsah payah dibuat itu ditelan debu peradaban dan waktu. Al-Yasiq hanya tinggal sejarah. Tidak ada satu orang pun dari kaum muslimin yang mau mempelajarinya, apalagi menggunakannya. Kaum muslimin tetap seperti yang dunia kenal saat itu, tetap berpegang teguh kepada Islam, al-Qur’an, dan Sunnah. Bahkan, orang Mongol sendirilah yang akhirnya memeluk Islam, karena mereka sadar, satu-satunya kebenaran hanya ada pada Islam. Sejarah telah membuktikannya, di mana seorang keturunan Jenghis Khan akhirnya menjadi penguasa muslim yang termasyhur di zamannya, dialah Timur Lenk atau Tamelane (sosok ini merupakan sosok kontroversi dalam sejarah Islam. Ada yang berpendapat bahwa dirinya pemeluk Syi’ah dan tarekat-tarekat yang sesat lainnya. Ada lagi yang berpendapat bahwa dirinya merupakan pahlawan Islam yang taat. Kita berlepas dari segala kontroversinya. Wallahu a’lam)
Namun saat ini ternyata kita melihat kebalikannya. Kondisi dunia saat ini memang mirip dengan kondisi kaum muslimin 8 abad yang lalu. Di mana kaum muslimin tidak memiliki pemimpin (khalifah), kaum muslimin berada di tengah-tengah gempuran kaum kuffar, mulai dari Irak, Palestina, Afghanistan, Asia Minor, Chechnya, dan Filipina. Kaum muslimin dijejali dengan hukum dan undang-undang buatan manusia yang merupakan pencampuran dari berbagai pemikiran, mulai dari pluralisme, liberalisme, dan sekularisme. Kaum muslimin tidak lagi menggunakan Qur’an sebagai dasar negara, tetapi diganti dengan undang-undang yang setipe dengan al-Yasiq pada masa lalu.
Namun yang berbeda adalah, sekarang kaum muslimin tidak lagi mempertahankan jati diri mereka sendiri sebagai seorang muslim. Dengan bangganya mereka meniru-niru perbuatan, budaya, pemikiran, dan gaya hidup kaum kuffar. Jika 8 abad lalu kaum muslimin tetap sebagai muslim sejati, sekarang sudah banyak kaum muslimin yang berperan sebagai ‘muslim pengekor’. Padahal, secara tidak langsung hal itu merupakan sebuah bentuk penghinaan diri sendiri sebagai muslim di hadapan orang-orang kafir.
Jika 8 abad yang lalu justru orang Mongol yang meninggalkan al-Yasiq dan mempelajari al-Qur’an, sekarang sebaliknya. Kaum muslimin sendiri sering meninggalkan al-Qur’an dan dengan bangganya mereka mempelajari ilmu perundang-undangan sesat dan membangkang pada hukum yang telah ditetapkan oleh Allah.
Dan sekarang, sudah saatnya kita sadar bahwa selama ini kita telah mengekor pada orang kafir. Sudah saatnya sekarang kita bangkit dan menggantikan tatanan yang telah rusak ini dengan tatanan yang lebih baik lagi dari Allah di langit ke tujuh.
Wallahu a’lam.

Muslim Sejati

27 Maret 2010 0 komentar
Menurut pendapat anda, siapakah sebenarnya yang disebut sebagai seorang muslim? Siapa sebenarnya orang-orang yang pantas kita sebut sebagai muslim? Apakah kita sudah pantas disebut sebagai seorang muslim sejati?

Adab dan Keseharian Seorang Muslim

0 komentar
Dalam Islam setiap hal yang ada dalam kehidupan kita itu sudah diatur oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Seluruh sendi kehidupan kita telah diatur, mulai dari hal yang terkecil hingga hal-hal yang besar. Namun sekarang, sadarkah anda? Bahwa ternyata aturan dalam kehidupan yang telah Allah turunkan itu sudah banyak dicampakkan oleh kaum muslimin itu sendiri. Tetapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan aturan tersebut?

Kebanggaan Seorang Muslim

0 komentar
Sadarkah anda? Bahwa ternyata banyak kaum muslimin di dunia saat ini yang kurang PD dengan syariat-syariat agamanya sendiri. Ya, banyak di antara kaum muslimin saat ini ternyata mengekor atau menyerupai budaya dan tradisi jahiliah dari kaum kuffar dan musyrik. Banyak orang Islam yang ternyata identitas keIslaman mereka telah luntur ditelan oleh westernisasi. Saat ini, banyak kaum muslimin di seluruh dunia telah kehilangan jati dirinya sebagai muslim. Mereka mengikut dan mengekor pada budaya maksiat yang berasal dari tradisi orang-orang tak berilmu.

Muslim, Umat Terbaik di Dunia

0 komentar
Sejarah telah mencatat riwayat hidup orang-orang besar masa lalu yang merupakan pembesar dunia. Mereka mampu membangun peradaban yang hebat. Mereka berhasil membangun gedung-gedung tinggi yang mewah dan megah, taman-taman yang indah, dan harta kekayaan mereka melimpah ruah. Dalam sejarah dikenal peradaban Mesir kuno, Yunani kuno, Romawi, Persia, Babilonia, Sumeria, dan Mesopotamia. Namun sayang, sepanjang sejarah tidak ada peradaban yang paling berhasil atau paling baik dan banyak pengaruhnya bagi kemajuan dunia melainkan peradaban Islam.

Penjelasan Qur'an tentang Kefasikan

24 Maret 2010 0 komentar
Dalam lembaran sejarah, ternyata telah banyak kita temukan tentang kisah-kisah kebinasaan suatu kaum, peradaban, bangsa, klan, atau bahkan musnahnya sebuah negeri. Kebinasaan menggulung mereka dalam keadaan yang hina. Ya, bahkan Allah pun hingga menyebutkan bahwa

Api Generasi Mulia Islam

21 Maret 2010 0 komentar
Sesungguhnya kita adalah saudara seiman, seagama, senasib dan seperjuangan. Agama yang kita anut ini adalah agama yang terus diperjuangkan dan dijunjung tinggi dengan darah, keringat, harta, dan air mata dari para pendahulu kita. Dan sekarang, urusan agama ini akhirnya berada di tangan kita, di tangan generasi penerus kaum muslimin. Api yang terus menyala selama berabad-abad lamanya sekarang tiba di tangan kita. Akankah kita menambah nyala apinya? Atau sebaliknya, apakah kita akan memadamkannya?



Rasa Cemburu yang Profesional

16 Maret 2010 0 komentar
Dari Abu Hurairah, Aisyah berkata : “Aku tidak pernah merasa cemburu kepada seorang wanita sebesar rasa cemburuku pada Khadijah. Aku tidak pernah melihatnya, tetapi Rasulullah sering menyebut dan mengingatnya". Ketika menyembelih seekor kambing, beliau selalu memotong sebagian dagingnya dan menghadiahkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Aku pernah berkata kepada Rasulullah, ‘Seperti tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah’. Rasulullah menjawab, ‘Khadijah itu begini dan begitu, dan dari dialah aku memperoleh anak.’” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Baghawi)

Sudah Sempurnakah Amalan Kita?

12 Maret 2010 0 komentar
Sudahkah kita berbuat baik hari ini? Jawablah dengan jujur wahai saudaraku. Jika memang kita sudah melakukan suatu kebaikan pada hari ini, maka introspeksi diri kita lagi. Sudah benarkah kebaikan kita? Sudah luruskah niat kita untuk berbuat baik? Sudah sempurnakah kebaikan kita? Sudah benarkah cara kita untuk melakukan kebaikan itu?

Islam dan Pengaruhnya Bagi Dunia

11 Maret 2010 0 komentar
Islam di masa kini merupakan suatu tanda prahara yang akan menyeret seluruh umat manusia. Mengapa? Karena saat ini Islam disudutkan dan dianggap sebagai sampah peradaban. Islam dianggap sebagai suatu ajaran yang kuno dan tidak relevan lagi dengan kehidupan sekarang. Islam dan syariat-syariatnya seakan-akan dibuang dalam kehidupan sosial masyarakat dunia saat ini.

Islam itu Universal

10 Maret 2010 0 komentar
Wajah Islam dan kaum muslimin saat ini memang bisa disebut sebagai ‘dipandang sebelah mata’. Nasib Islam dan kaum muslimin saat ini sedang terombang-ambing dalam ketidakpastian. Bagaimana tidak? Saat ini Islam dan kaum muslimin menjadi bahan ejekan dan menjadi bulan-bulanan bagi kaum kuffar, fasiq, dan munafiq di dunia ini.

Kesempurnaan Islam

7 Maret 2010 1 komentar
Islam adalah satu-satunya agama yang diterima oleh Allah. Islam bukanlah agama yang paling sempurna dan bukan pula agama yang paling benar. Tapi Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna dan satu-satunya agama yang benar. Ya, Islam merupakan ajaran yang sempurna. Tidak ada kesempurnaan dalam satu ajaran apa pun yang dapat menandingi kesempurnaan Islam.