Wudhu merupakan salah satu kunci ibadah kita. karena dengan ada atau tidaknya wudhu maka ibadah kita bisa sah atau pun tidak. Wudhu terbaik adalah wudhu yang sempurna, sesuai dengan contoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun ketika ada beberapa orang yang sudah mulai berani berinovasi (membuat-buat) dalam ibadah ini dengan menambah-nambah syariat maka tentu kesempurnaan ibadah itu akan ternoda.Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amalan itu tertolak-HR. Muslim no. 1718-
Dalam kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai kesalahan-kesalahan yang banyak dilakukan oleh kaum muslimin ketika berwudhu terkait dengan dzikir, doa, atau pun bacaan-bacaan tertentu. Mulai dari ketika hendak wudhu hingga selesai berwudhu. Semoga bermanfaat.
Melafadzkan Niat Ketika Berwudhu
Sebagian kaum muslimin ketika hendak berwudhu maka akan mengucapkan “Nawaitu wudhu’a...” atau “Nawaitu faraaidhul wudhuui...”
Perlu diketahui oleh seluruh kaum muslimin bahwa melafazhkan niat merupakan suatu hal yang sama sekali tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebenarnya bila diukur dengan akal, tempatnya niat adalah di hati dan niat maknanya adalah Al Qashdu (bermaksud). Jadi, tidak ada faktor yang mengharuskan melafazhkan niat (Lihat 99 Khatha-an fii Ath Thaharah, Wahid bin Abdussalam Baali)
Perlu diketahui oleh seluruh kaum muslimin bahwa melafazhkan niat merupakan suatu hal yang sama sekali tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebenarnya bila diukur dengan akal, tempatnya niat adalah di hati dan niat maknanya adalah Al Qashdu (bermaksud). Jadi, tidak ada faktor yang mengharuskan melafazhkan niat (Lihat 99 Khatha-an fii Ath Thaharah, Wahid bin Abdussalam Baali)
“Melafadzkan niat adalah bid’ah (perkara yang diada-adakan dalam agama” (Syaikhul Islam Ibu Taimiyah, Al Fataawa Al Mishriyyah)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mengatakan apa pun di permulaan wudhunya...dan sama sekali tidak dilakukan oleh para shahabatnya, juga tidak ada satu huruf pun mengenai hal itu, tidak dengan sanad hasan maupun dhaif” (Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Zaadul Ma’ad I/196. Lihat 99 Khatha-an fii Ath Thaharah oleh Wahid bin Abdussalam Baali)
Adapun yang disyariatkan sebelum atau ketika hendak berwudhu adalah membaca tasmiyah; yaitu bacaan Bismillaah.
“Tidak sah shalatnya orang yang tidak berwudhu dan tidak sah wudhunya orang yang tidak membaca basmalah” (HR. Tirmidzi no.25 dan Ibnu Majah no. 398. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaul Ghalil)
Diantara ulama yang mewajibkan membaca basmalah saat hendak berwudhu adalah Hasan Al Bashri, Ahmad bin Hanbal dalam sebuah riwayat, dan Ishaq bin Rahawaih.
Bacaan basmalah ketika hendak wudhu ini sama seperti bacaan orang yang hendak makan, yakni cukup dengan “Bismillaah” dan bukan “Bismillaahirrahmaanirrahiim” karena bacaan tersebut hanya untuk membaca Al Qur’an jika memulai dari awal surah kecuali surah At Taubah. Wallahu a’lam. (Lihat 99 Khatha-an fii Ath Thaharah, Wahid bin Abdussalam Baali)
Berdoa dan Berdzikir Saat Berwudhu
Ada beberapa orang dari kaum muslimin yang ketika berwudhu selalu mengucapkan atau melafazhkan doa-doa maupun dzikir-dzikir tertentu ketika sedang membasuh anggota badan ketika berwudhu. Amalan tersebut dinilai oleh mereka sebagai ibadah yang agung dan menambah afdhal-nya wudhu mereka.
Mereka yang berdoa ketika membasuh anggota wudhu berdalil bahwa doa-doa itu bersifat baik sehingga tidak mengapa untuk diamalkan. Mereka pun menjadikan sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengajarkan bacaan-bacaan doa tertentu ketika berwudhu kepada Anas bin Malik.
Berikut kami bawakan hadits tersebut,
Diriwayatkan dari Anas berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah berkata kepadaku, “Wahai Anas, mendekatlah kepadaku akan aku ajarkan kepadamu ketentuan-ketentuan wudhu” Ia (Anas) berkata, “lalu aku pun mendekat kepada beliau”
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mengatakan apa pun di permulaan wudhunya...dan sama sekali tidak dilakukan oleh para shahabatnya, juga tidak ada satu huruf pun mengenai hal itu, tidak dengan sanad hasan maupun dhaif” (Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Zaadul Ma’ad I/196. Lihat 99 Khatha-an fii Ath Thaharah oleh Wahid bin Abdussalam Baali)
Adapun yang disyariatkan sebelum atau ketika hendak berwudhu adalah membaca tasmiyah; yaitu bacaan Bismillaah.
“Tidak sah shalatnya orang yang tidak berwudhu dan tidak sah wudhunya orang yang tidak membaca basmalah” (HR. Tirmidzi no.25 dan Ibnu Majah no. 398. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaul Ghalil)
Diantara ulama yang mewajibkan membaca basmalah saat hendak berwudhu adalah Hasan Al Bashri, Ahmad bin Hanbal dalam sebuah riwayat, dan Ishaq bin Rahawaih.
Bacaan basmalah ketika hendak wudhu ini sama seperti bacaan orang yang hendak makan, yakni cukup dengan “Bismillaah” dan bukan “Bismillaahirrahmaanirrahiim” karena bacaan tersebut hanya untuk membaca Al Qur’an jika memulai dari awal surah kecuali surah At Taubah. Wallahu a’lam. (Lihat 99 Khatha-an fii Ath Thaharah, Wahid bin Abdussalam Baali)
Berdoa dan Berdzikir Saat Berwudhu
Ada beberapa orang dari kaum muslimin yang ketika berwudhu selalu mengucapkan atau melafazhkan doa-doa maupun dzikir-dzikir tertentu ketika sedang membasuh anggota badan ketika berwudhu. Amalan tersebut dinilai oleh mereka sebagai ibadah yang agung dan menambah afdhal-nya wudhu mereka.
Mereka yang berdoa ketika membasuh anggota wudhu berdalil bahwa doa-doa itu bersifat baik sehingga tidak mengapa untuk diamalkan. Mereka pun menjadikan sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengajarkan bacaan-bacaan doa tertentu ketika berwudhu kepada Anas bin Malik.
Berikut kami bawakan hadits tersebut,
Diriwayatkan dari Anas berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah berkata kepadaku, “Wahai Anas, mendekatlah kepadaku akan aku ajarkan kepadamu ketentuan-ketentuan wudhu” Ia (Anas) berkata, “lalu aku pun mendekat kepada beliau”
Ketika beliau membasuh kedua tangannya, beliau berkata, “Dengan menyebut nama Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolonganMu”
Ketika beristinja’, beliau berkata, “Ya Allah, jagalah kemaluanku dan permudahlah urusanku”
Ketika berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung (istinsyaq), beliau berkata, “Ya Allah perhatikanlah kebutuhanku dan janganlah Engkau mengharamkan bau surga kepadaku”
Ketika membasuh wajah, beliau berkata, “Ya Allah putihkanlah wajahku pada hari di mana wajah-wajah akan memutih”
Ketika membasuh lengan beliau berkata, “Ya Allah berikanlah catatan amalku di tangan kananku”
Ketika mengusap kepala beliau berkata, “Ya Allah liputilah aku dengan rahmatMu dan jauhkanlah aku dari siksaMu”
Ketika membasuh telapak kaki beliau berkata, “Ya Allah teguhkanlah telapak kakiku pada hari di mana telapak kaki akan tergelincir”
Kemudian beliau berkata, “Demi Dzat yang telah mengutusku dengan kebenaran, wahai Anas! Tidaklah seorang hamba mengucapkannya pada saat ia berwudhu, tidak akan menetes dari sela-sela jari tangannya satu tetes air pun kecuali Allah telah menciptakan malaikat yang bertasbih kepadaNya dengan tujuh puluh lisan pahala tasbih yang akan diberikan kepadanya pada hari kiamat”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Adh-Dhu’afa. Dikomentari oleh Ibnu Hajar Al Asqalani, “Dalam sanadnya terdapat Abbad bin Shuhaib dan ia adalah seorang yang matruk (haditsnya ditinggalkan)” (At Talkhis Al Habiir I/111)
“Dalam sanadnya juga terdapat Ahmad bin Hasyim yang dituduh dusta oleh Ad Daruquthni” (Asy Syaukani, Al Fawaid Al Majmu’ah hlm. 13)
“Tidak ada hadits yang shahih mengenai doa tersebut” (Ibnu Shalah, dinukil dalam At Talkhish I/110)
“Doa ini tidak ada dasarnya” (Imam Nawawi, Raudhatut Thalibin I/62)
Ibnul Qayyim Al Jauziyah berkata, “Semua hadits yang berkenaan dengan dzikir pada saat membasuh anggota wudhu adalah batil. Tidak ada satu pun yang shahih” (Al Manarul Munif hlm. 120)
Lebih lanjut lagi, Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sama sekali tidak pernah mengajarkan doa yang dibaca ketika berwudhu kecuali bacaan bismillah ketika sebelum berwudhu (Talkhisul Khabir I/72-76 no. 70 dan Irwaul Ghalil I/122-123 no. 81)
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid dalam kitabnya, Tashih Ad Du’a berkata bahwa seluruh bacaan dzikr dalam berwudhu atau setiap kali membasuh anggota badan setelah berwudhu, tidak ada satu pun yang shahih yang berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan semua riwayat yang ada dalam masalah ini adalah batil dan palsu.
Doa dan Dzikir Setelah Berwudhu
Adapun setelah berwudhu, maka doa yang dibaca adalah,
“Saya bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah yang tiada sekutu bagiNya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang selalu bersuci” (HR. Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi. Lihat Shahih Targhib wa Tarhib I/166 no. 217)
Bacaan setelah berwudhu hanyalah di atas. Tidak ada sama sekali tambahan atau bacaan lain yang juga ikut dibaca setelah berwudhu. Ucapan atau bacaan lain setelah berwudhu seperti shalawat khusus kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam setelah berwudhu, maka hal itu bersumber dari hadits yang dha’if. Bahkan didha’ifkan lebih dari seorang ulama.
Sementara itu, masih banyak doa atau bacaan setelah wudhu yang diamalkan oleh sebagian kaum muslimin adalah ibadah yang pada dasarnya lemah atau batil karena tidak ada dalilnya. seperti misalnya membaca surah Al Qadar setelah wudhu, membaca dzikir-dzikir lain setelah wudhu, dll.
Pada intinya, doa atau dzikir atau bacaan yang dibaca ketika selesai berwudhu HANYA bacaan “Saya bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah yang tiada sekutu bagiNya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang selalu bersuci” yang telah sah haditsnya. Sementara itu, bacaan-bacaan lain yang ditambahkan adalah bacaan yang tidak ada sumbernya atau minimal haditsnya dhaif. Cukuplah kita berpegang dengan riwayat yang kuat dalam ibadah kita ini.
Wallahu a’lam. (Lihat Syarh Al Adzkar, Tashih Ad Du’a, Talbis Iblis, Al Manarul Muniif, At Talkhish Al Habir, Al Maqashid Al Hasanah, Al Wabil Ash Shayib, Jahalatun Nas fi Du’a)
Referensi:
Jahalatun Nas fi Du’a, Ismail bin Marsyud, bin Ibrahim Ar Rumaih. Edisi Indonesia: Kesalahan Dalam Berdoa. Penerbit: Darul Haq.
Tashih Ad Du’a, Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid. Edisi Indonesia: Koreksi Total Dzikir dan Doa. Penerbit: Media Zikir.
99 Khatha-an fii Ath Thaharah, Wahid bin Abdussalam Baali. Edisi Indonesia: Bersuci Ala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Penerbit: Madania Prima.
Ketika beristinja’, beliau berkata, “Ya Allah, jagalah kemaluanku dan permudahlah urusanku”
Ketika berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung (istinsyaq), beliau berkata, “Ya Allah perhatikanlah kebutuhanku dan janganlah Engkau mengharamkan bau surga kepadaku”
Ketika membasuh wajah, beliau berkata, “Ya Allah putihkanlah wajahku pada hari di mana wajah-wajah akan memutih”
Ketika membasuh lengan beliau berkata, “Ya Allah berikanlah catatan amalku di tangan kananku”
Ketika mengusap kepala beliau berkata, “Ya Allah liputilah aku dengan rahmatMu dan jauhkanlah aku dari siksaMu”
Ketika membasuh telapak kaki beliau berkata, “Ya Allah teguhkanlah telapak kakiku pada hari di mana telapak kaki akan tergelincir”
Kemudian beliau berkata, “Demi Dzat yang telah mengutusku dengan kebenaran, wahai Anas! Tidaklah seorang hamba mengucapkannya pada saat ia berwudhu, tidak akan menetes dari sela-sela jari tangannya satu tetes air pun kecuali Allah telah menciptakan malaikat yang bertasbih kepadaNya dengan tujuh puluh lisan pahala tasbih yang akan diberikan kepadanya pada hari kiamat”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Adh-Dhu’afa. Dikomentari oleh Ibnu Hajar Al Asqalani, “Dalam sanadnya terdapat Abbad bin Shuhaib dan ia adalah seorang yang matruk (haditsnya ditinggalkan)” (At Talkhis Al Habiir I/111)
“Dalam sanadnya juga terdapat Ahmad bin Hasyim yang dituduh dusta oleh Ad Daruquthni” (Asy Syaukani, Al Fawaid Al Majmu’ah hlm. 13)
“Tidak ada hadits yang shahih mengenai doa tersebut” (Ibnu Shalah, dinukil dalam At Talkhish I/110)
“Doa ini tidak ada dasarnya” (Imam Nawawi, Raudhatut Thalibin I/62)
Ibnul Qayyim Al Jauziyah berkata, “Semua hadits yang berkenaan dengan dzikir pada saat membasuh anggota wudhu adalah batil. Tidak ada satu pun yang shahih” (Al Manarul Munif hlm. 120)
Lebih lanjut lagi, Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sama sekali tidak pernah mengajarkan doa yang dibaca ketika berwudhu kecuali bacaan bismillah ketika sebelum berwudhu (Talkhisul Khabir I/72-76 no. 70 dan Irwaul Ghalil I/122-123 no. 81)
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid dalam kitabnya, Tashih Ad Du’a berkata bahwa seluruh bacaan dzikr dalam berwudhu atau setiap kali membasuh anggota badan setelah berwudhu, tidak ada satu pun yang shahih yang berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan semua riwayat yang ada dalam masalah ini adalah batil dan palsu.
Doa dan Dzikir Setelah Berwudhu
Adapun setelah berwudhu, maka doa yang dibaca adalah,
“Saya bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah yang tiada sekutu bagiNya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang selalu bersuci” (HR. Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi. Lihat Shahih Targhib wa Tarhib I/166 no. 217)
Bacaan setelah berwudhu hanyalah di atas. Tidak ada sama sekali tambahan atau bacaan lain yang juga ikut dibaca setelah berwudhu. Ucapan atau bacaan lain setelah berwudhu seperti shalawat khusus kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam setelah berwudhu, maka hal itu bersumber dari hadits yang dha’if. Bahkan didha’ifkan lebih dari seorang ulama.
Sementara itu, masih banyak doa atau bacaan setelah wudhu yang diamalkan oleh sebagian kaum muslimin adalah ibadah yang pada dasarnya lemah atau batil karena tidak ada dalilnya. seperti misalnya membaca surah Al Qadar setelah wudhu, membaca dzikir-dzikir lain setelah wudhu, dll.
Pada intinya, doa atau dzikir atau bacaan yang dibaca ketika selesai berwudhu HANYA bacaan “Saya bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah yang tiada sekutu bagiNya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang selalu bersuci” yang telah sah haditsnya. Sementara itu, bacaan-bacaan lain yang ditambahkan adalah bacaan yang tidak ada sumbernya atau minimal haditsnya dhaif. Cukuplah kita berpegang dengan riwayat yang kuat dalam ibadah kita ini.
Wallahu a’lam. (Lihat Syarh Al Adzkar, Tashih Ad Du’a, Talbis Iblis, Al Manarul Muniif, At Talkhish Al Habir, Al Maqashid Al Hasanah, Al Wabil Ash Shayib, Jahalatun Nas fi Du’a)
Referensi:
Jahalatun Nas fi Du’a, Ismail bin Marsyud, bin Ibrahim Ar Rumaih. Edisi Indonesia: Kesalahan Dalam Berdoa. Penerbit: Darul Haq.
Tashih Ad Du’a, Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid. Edisi Indonesia: Koreksi Total Dzikir dan Doa. Penerbit: Media Zikir.
99 Khatha-an fii Ath Thaharah, Wahid bin Abdussalam Baali. Edisi Indonesia: Bersuci Ala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Penerbit: Madania Prima.
2 komentar:
Wahabi...Oh...Salafi !! :D
Berdosa mempublikasikan artikel yang banyak salahnya
Posting Komentar