Bekal di Jalan Dakwah

14 November 2010
Jalan ini adalah jalan yang panjang, persiapkan bekal untuk berkelana. Menebar ilmu, menyentuh qalbu, hadirkan semangat baru. Ingat, ini jalan para nabi, jalannya para kekasih, dan jalannya orang-orang yang berserah diri.
Dakwah bagi sebagian orang itu sulit. Karena memang ada beberapa orang yang tidak tahu bagaimana untuk mengawali sebuah langkah pergerakkan dakwah. Mengenai berdakwah, sudah seharusnya seseorang yang ingin menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari yang munkar mengetahui bagaimana sebenarnya berdakwah.
            Atau mungkin seseorang yang ingin berdakwah, tapi masih ragu-ragu dan malu-malu menjalankan misi mulia ini. Sudah seharusnya para pendakwah memiliki beberapa modal dan bekal untuk persiapan. Bagaimana persiapannya?
            Yang pertama, aqidah yang lurus.
            Anda harus tahu bagaimana sebenarnya aqidah anda. Pastikan bahwa aqidah anda itu benar, sesuai dengan manhaj salafus-shalih dan tidak melenceng dari kaidah ahlussunnah wal jama’ah. mengapa aqidah yang pertama?
            Karena sesungguhnya aqidah inilah inti dari agama kita, yaitu tauhid. Seluruh nabi, dari mulai Nabi Adam hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendakwahkan hal ini. Bayangkan, jika aqidah saja melenceng, maka bagaimana bisa menyeru kepada kebaikan? Yang ada justru menyeru kepada kesesatan.
            Hal itulah yang terjadi ketika sebuah aliran sesat terbentuk. Memang pemuka mereka itu berdakwah kepada manusia. Tetapi sayang, dasar aqidah mereka benar-benar melenceng. Hal inilah yang terjadi kepada Ahmadiyah, NII, Mu’tazilah, Kejawen, dan banyak aliran sesat lainnya.
            Yang kedua, ilmu yang bermanfaat
            Ilmu itu luas. Bahkan banyak ulama yang menghabiskan hidupnya untuk menuntut ilmu. Dan ilmu itu hanya akan menjadi barang usang jika tidak diamalkan dan hanya menjadi perpustakaan pribadi semata. Ilmu itu harus disebarkan, dan dakwah adalah media penyebaran ilmu. Maka, berdakwahlah!
            Tidak jadi masalah jika ilmu anda tidak seluas ulama atau pun ustadz. Yang penting, anda memiliki semangat untuk menebarkan ilmu itu. Yang jelas, anda tahu mana yang benar dan mana yang salah, lalu anda mengingatkan atau menasihati teman anda. Anda telah berdakwah!
            Yang ketiga, bangun komunikasi efektif
            Komunikasi tentu saja sangatlah berpengaruh dalam berdakwah. Komunikasi di sini tentu saja bukan sembarang komunikasi. Yang tepat adalah komunikasi efektif.
            Komunikasi yang memberikan dampak tertentu pada suatu hal, itu baru komunikasi efektif. Tidak hanya sekedar komunikasi yang sia-sia. Mengapa harus ada komunikasi efektif? Agar hubungan antar manusia terus berjalan, tidak merenggang.
            Mengenai komunikasi efektif, ada teori yang menyebutkan,
Komunikasi efektif=komunikasi intesif
            Ya, memang. Agar ukhuwahnya tetap terjaga. Jangan sampai kita kehilangan kontak atau hubungan dengan sesama muslim lainnya.
            Yang keempat, bangun kepribadian dengan teladan
            Amalan dan perbuatan adalah cerminan yang jelas dari kepribadian seseorang. Dan sudah seharusnya seorang pendakwah juga sudah bisa memberi teladan yang baik. Karena orang yang didakwahi tidak mungkin mau menerima ceramah dari orang yang suka bermaksiat.
            Dengan teladan, orang akan melihat bagaimana print-outnya apa yang telah kita dakwahkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berdakwah seumur hidupnya, selalu menunjukkan teladan. Karena memang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah print-out, agar menjadi bukti nyata bahwa syariat Islam itu mampu diamalkan. Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam disebut “al-Qur’an berjalan”.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(QS Al-Ahzab: 21)
            Mungkin anda merasa terbeban dengan pemberian teladan ini. Tapi jangan takut, justru hal ini akan menjadi sebuah batu loncatan bagi kita agar kepribadian kita bisa menjadi lebih baik seiring kita memperbaiki kepribadian orang lain.
            Yang kelima, seni mempengaruhi
            Menjadi orang yang berpengaruh merupakan suatu hal yang hebat. Dan dakwah juga adalah pekerjaan yang hebat. Jadi?
            Ya, jadilah orang yang berpengaruh. Jangan menjadi pribadi yang statis, tapi jadilah dinamis! Tanamkan pengaruh diri anda pada lingkungan anda. Bangun pengaruh yang positif dan mengarah kepada kebaikan serta mengantarkan kita kepada surga. Karena sesungguhnya, orang yang berdakwah adalah orang yang sangat berpengaruh. Lihat saja bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengguncang Jazirah Arab ketika pertama kali berdakwah. Atau mungkin kita lihat Mush’ab bin Umair yang menjadi duta Islam pertama. Jika di zaman sekarang, lihatlah Hasan al-Banna, yang dakwahnya telah mengguncang dunia. Atau Malcolm X yang telah mengguncang Amerika.
            Karena sesungguhnya kita, ummat Islam, adalah ummat paling berpengaruh di dunia.
            Yang keenama, bangun komponen, perluas pergerakkan
            Dakwah itu harus tersebar, tidak terpusat di satu titik saja. Maka dari itu kita perlu membangun kader-kader dakwah selanjutnya, yaitu kader yang berkepribadian tangguh, mampu mempengaruhi orang, dan sifat-sifat pendakwah yang lainnya.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
(QS an-Nahl: 125)
...dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut
(QS Thaahaa: 44)
Wallahu a’lam.

           
              

Artikel Terkait



0 komentar:

Posting Komentar