“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya kemudian generasi sesudahnya lagi.”(HR. Bukhari, Ahmad, Ibnu Abi ‘Ashim, dan Tirmidzi)
Prolog
Tulisan ini terinspirasi dari sebuah
obrolan ringan penulis dengan teman-temannya mengenai pergerakan dan dinamika
dunia Islam yang sedang terjadi saat ini. Obrolan-obrolan itu mengalir begitu
saja membahas berbagai masalah keIslaman. Hingga akhirnya sampai kepada
gerakan-gerakan dakwah. Kita, dalam hal ini kaum muslimin Indonesia, telah
mengenal berbagai gerakan-gerakan dakwah seperti misalnya Hizbut Tahrir (HT),
tarbiyah (yang juga diusung oleh salah satu partai politik di Indonesia), hingga
yang namanya gerakan Salafi.
Ketika bicara Salafi, teman-teman
penulis mulai mengutarakan pendapatnya tentang gerakan ini. Tapi kebanyakan
yang muncul adalah stigma negatif, seperti Salafi itu memonopoli masjid,
mengeksklusifkan diri, keras, dan sebagainya. Intinya kebanyakan opini mereka
hampir sama dengan opini umum publik terhadap gerakan yang dinamai Salafi ini,
yang dinyatakan sebagai gerakan ekstrimis, eksklusif, mudah memvonis, dan yang
lainnya.