Kepemimpinan Abu Bakar as-Shiddiq

30 Agustus 2010 2 komentar

            Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, Madinah gempar. Masalahnya saat itu kaum muslimin kehilangan pemimpinnya. Banyak sikap yang ditunjukkan oleh sebagian kaum muslimin maupun orang-orang munafik pasca kematian nabi terakhir.
            Saat itu kaum muslimin diancam perpecahan. Pasalnya setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, terlihatlah sebagian sikap kaum munafik yang enggan membayar zakat. Ada lagi yang kembali kepada kekafirannya, seperti yang nyaris terjadi di Makkah saat itu. Bahkan, yang lebih parah adalah munculnya golongan nabi palsu yang mengaku mendapat wahyu. Salah satunya yang termasyhur adalah Musailamah al-Kadzdzab dari Bani Hanifah yang telah memiliki banyak pengikut di Yamamah.

Berharap dalam Pandangan Ibnul Qayyim al-Jauziyah

29 Agustus 2010 0 komentar

Kuobati jiwa jiwa dengan menaruh harapan, alangkah sempitnya hidup jika bukan karena harapan yang luas.
(Syair)
Sudah sewajarnya bila kita, manusia, memiliki yang namanya harapan atau impian. Sudah sepantasnya kita mulai membangun harapan itu sendiri. Memang, dalam hidup kita memiliki target dan gambaran kedepan. Kita perlu merencanakan hidup, dan mulailah kita membuat rencana dengan menaburkan benih-benih harapan dalam diri kita.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah (1292-1350), salah seorang ahli fiqh dan ulama ahlus sunnah yang terkemuka kelahiran Damaskus, sempat menggambarkan tentang harapan dalam salah satu kitabnya yang berjudul ad-Da’ wa ad-Dawa’.
Dalam kitabnya itu, Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan tentang manusia dan harapan. Setidaknya, ada 3 indikasi manusia dalam berharap:

Sabar Secara Keseluruhan

28 Agustus 2010 0 komentar


Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian…
       (QS Ali Imran: 200)
Ternyata di zaman sekarang, entah sudah berapa banyak orang yang memiliki anggapan salah terhadap sabar. Entah mengapa ini terjadi, tapi persepsi orang tentang sabar ternyata begitu banyak yang kurang tepat. Sepertinya, di mata kebanyakan masyarakat dan kaum muslimin saat ini, sabar seakan-akan adalah sebuah sikap yang lemah dan terlalu pasrah terhadap apa pun yang terjadi. Seakan-akan, sabar merupakan sikap cengeng yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang papa dan tidak berdaya.
            Padahal, definisi dan esensi sabar jauh lebih bernilai dan lebih bermakna daripada yang selama ini dipahami oleh banyak orang. Setidaknya, yang namanya sabar itu tidak hanya sekadar pasrah dan menerima apa adanya, tetapi tentu jauh lebih dalam dan lebih luas daripada itu.