Laa Tahzan!

23 September 2009 0 komentar
Sebenarnya judul lengkap dari artikel ini adalah “Laa Tahzan!, Jangan bersedih! Jangan menyesal, jangan bergembira!” Mengapa demikian? Apa maksud dari judul tersebut? Simaklah artikel berikut:
            Saudaraku...
            Cobalah anda resapi dalam-dalam apa kiranya arti dari judul di atas...

            Sungguh! Kalimat di atas adalah intisari dari ayat Allah dalam al-Qur’an
            ”Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembiraterhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (Q.S Al-Hadiid: 22-23)
            Sesungguhnya ayat ini adalah obat bagi kita dari sikap penyesalan yang mendalam dan kegembiraan yang berlebihan. Jika kita dihadapkan pada suatu cobaan yang besar, maka yakinlah! Bahwa hal itu telah direncanakan oleh Allah jauh sebelum terciptanya manusia. Allah telah menetapkan seluruh cobaan yang datang, baik itu cobaan berupa kesusahan ataupun nikmat.



            Bersabar dan Bersyukur, the Key of Success
            Cobaan bagi manusia adalah hal yang lumrah. Tidak ada hidup yang tanpa cobaan.
            ”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Q.S. al-Baqarah: 155)
            Cobaan berupa kekurangan, sakit, kemiskinan, dll ada obatnya ada, yaitu Bersabar. Sedangkan cobaan berupa nikmat obatnya adalah syukur (baca lebih lanjut dalam postingan sebelumnya,”Dunia itu Indah”)
            Hindari kata ”andai saja kalau begini.....” saat menyesal
            Jika kita menyesal, maka mungkin yang akan banyak dilontarkan oleh seseorang adalah kalimat berbunyi:
            ”Aduh! Sialan! Dompetku hilang! Coba aja tadi dompetnya ditaruh di lemari, pasti dompetnya gak hilang
            Atau seperti ”Kalau saja aku berlatih, pasti aku menjadi juaranya...”
            Mengapa kalimat itu harus dihindari? Karena perkataan tersebut adalah suatu kalimat yang mengekspresikan penyesalan yang berlebihan dan melambangkan kurang berimannya kita kepada takdir yang telah Allah tetapkan jauh sebelum kita diciptakan. Lihatlah dan renungkanlah ayat 22-23 dari surat al-Hadiid! Bahwa seluruh kejadian yang menimpa kita telah tertulis di Lauhul Mahfuzh jauh sebelum kita tercipta. Allah menjadikannya seperti itu agar kita tidak terlalu bersedih kepada bencana dan tidak terlalu bergembira ketika kita dianugerahkan nikmat.
            Kalimat ”seandainya saja.....” ketika menyesal juga perlambang kita sebagai orang yang kurang beriman. Beriman kepada siapa? Beriman kepada takdir baik dan buruk. Karena seluruh yang terjadi di alam semesta ini telah dicatat dan telah diperhitungkan dengan sempurna dan sebaik-baiknya

Wallahu a’lam

Dunia itu Indah...

0 komentar












Kita sudah pasti sering mendengar kalimat itu. tetapi tahukah anda semua? tidak sepenuhnya kalimat itu benar. karena dalam kehidupan sehari-hari, hanya ada beberapaorang yang dapat memaknai kalimat itu dengan benar. Tahukah antum semua? mereka adalah orang-orang yang pandai bersabar dan bersyukur.

Tapi, saudaraku sekalian. definisi sabar dan syukur ini ternyata maknanya tidak seringkas kalimatnya. Sabar adalah menerima hidup ini apa adanya tanpa keluhan, caci maki, dan sebagainya kepada orang lain (termasuk Allah azza wa jalla). dan tahukah sahabat? sabar itu terlihat dari pukulan pertama, apa maksudnya? sabar dilihat dari reaksi yang paling pertama ketika menghadapi sebuah ujian dari Allah. contohnya ketika salah satu kerabat si fulan meninggal, maka apabila dirinya itu meraung-raung, meratap kepada si mayit, maka hal itu tidak bisa disebut sabar meskipun setelah beberapa hari berikutnya dia mengaku sabar dan mengikhlaskan kepergiannya. ITU BUKANLAH SABAR!.
Begitu pula dengan bersyukur, kita belum bisa dibilang bersyukur jika kita hanya bisa mengucapkan "alhamdulillah". tetapi kita harus membuktikan rasa syukur kita dengan suatu langkah nyata. yaitu menjalankan apa-apa yang telah dia perintahkan dan menjauhi segala larangannya. Jika seseorang diberikan suatu nikmat, dan dia mengatakan alhamdulillah tetapi dia sekonyong-konyong melupakan Tuhannya, lalai dalam shalatnya, dan telah lupa dengan kewajibannya sebagai muslim karena disilaukan dengan cahaya kenikmatan maka hal itu bukanlah syukur.

Sahabat, dunia ini menjadi indah karena dua hal. Apabila diberi ujian berupa musibah atau kekurangan, maka kita haru bersabar. dan jika kita diberi ujian berupa kenikmatan, maka kita harus bersyukur.
wallahu a'alam.

Wanita, Jilbab, dan Negara

21 September 2009 1 komentar



Zaman sekarang memang zaman edan! Bagaimana tidak? Sekarang dunia ini sudah mengandung jutaan maksiat. Dan seluruh maksiat itu ternyata banyak keluar dari sebuah kotak ajaib bernama TV. Di sana kita banyak melihat pemandangan kaum hawa yang memakai pakaian ”kurang bahan” dan malah ada wanita yang bahkan ”tidak niat berpakaian”.
            ”Wanita adalah tiang negara,”
            Kalimat itu adalah sebuah kata bijak yang pernah saya dengar. Mengapa wanita adalah tiang negara? Jika kita lihat faktanya, sebuah negara sudah seharusnya dipimpin oleh seorang laki-laki. Dan tahukah antum? Godaan paling besar bagi seorang pria adalah wanita! Seorang pria memang gampang menolak sesuatu yang berharga, seperti uang, jabatan, dll. Tetapi, jika seorang pria ditawarkan wanita, maka sangatlah sulit untuk menolaknya.
            Tiada aku meninggalkan suatu fitnah sesudahku lebih berbahaya terhadap kaum pria daripada godaan wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
            Apabila suatu negara wanitanya buruk akhlaknya, maka negara itu akan jatuh ke lembah keburukan.
            Makna dari kalimat yang menyatakan bahwa ”wanita adalah tiang negara” itu karena dari tangan seorang wanita-lah (seorang ibu) suatu generasi terbentuk. Dari belaian tangan lembut seorang wanitalah seseorang dapat menjadi baik atau buruk (tentu dengan izin Allah). Allah telah menganugerahkan wanita sesuatu yang tidak dimiliki pria, yaitu kemampuan mendidik, membesarkan, dan merawat seorang anak dengan kasih sayang.
            Sayang, di zaman sekarang kita kehilangan sosok seorang ibu seperti Ibunya Imam Syafi’i yang merawat Syafi’i kecil dengan tekun. Meski dalam keadaan miskin, meski tanpa pendamping hidup, tetapi dari hasil kerja kerasnya-lah pribadi Imam Syafi’i menjadi ulama besar. Begitu juga dengan Shafiyyah, iu dari Imam Ahmad bin Hanbal. Meski telah ditinggal suami, dirinya tetap berjuang keras demi membesarkan anaknya. Dan hasilnya, jadilah pribadi yang mulia seperti Ahmad bin Hanbal.
            Berjibablah demi kehormatanmu!
            Tidak ada satu agama-pun yang paling memuliakan seorang wanita dibandingkan Islam. Zaman sekarang banyak wanita yang ”ditelanjangi” dengan pakaian yang glamour. Padahal Islam telah menjamin kehormatan seorang wanita dengan menutup auratnya. Menutup aurat=menjaga kehormatan. Menutup aurat hukumnya wajib. Iya, kan?
            Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung,” (Q.S an-Nuur: 31)
 
            Bacalah ayat itu, dan renungkanlah wahai para wanita!
            Allah telah memerintahkan para wanita untuk menutupkan kain kerudungnya hingga ke dada. Itulah jilbab yang sebenarnya. Bukan ”jilbab gaul” yang hanya asal pakai saja. Jilbab yang bernar adalah pakaian yang tidak menampakkan lekuk tubuh. jilbab yang sebenarnya adalah jilbab yang tidak memperlihatkan bentuk tubuh seorang wanita. Bukan jilbab yang hanya menutupi kepala tapi tidak menutupi bagian tubuh lainnya sehingga terlihat bentuk tubuhnya.
            Penutup
            Sungguh, Allah telah memilihkan bagi para wanita pakaian sebaik-baiknya pakaian. Sudah seharusnya para wanita bangga dengan memakai pakaian yang telah dipilihkan oleh Allah. Jangan sampai para wanita lebih bangga dengan pakaian yang mengundang adzab dari Allah. Banggalah seorang wanita yang memakai pakaian yang telah disebut sebagai pakaian kehormatan. Jangan sampai kehormatan para wanita tercabik-cabik oleh pakaian yang dipilihkan oleh nafsu.

Wallahu a’lam