30 April 2013

Menyoal Salafi: Sebuah Catatan Opini, Pengalaman, dan Kritik

Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya kemudian generasi sesudahnya lagi.
(HR. Bukhari, Ahmad, Ibnu Abi ‘Ashim, dan Tirmidzi)

Prolog

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah obrolan ringan penulis dengan teman-temannya mengenai pergerakan dan dinamika dunia Islam yang sedang terjadi saat ini. Obrolan-obrolan itu mengalir begitu saja membahas berbagai masalah keIslaman. Hingga akhirnya sampai kepada gerakan-gerakan dakwah. Kita, dalam hal ini kaum muslimin Indonesia, telah mengenal berbagai gerakan-gerakan dakwah seperti misalnya Hizbut Tahrir (HT), tarbiyah (yang juga diusung oleh salah satu partai politik di Indonesia), hingga yang namanya gerakan Salafi.

Ketika bicara Salafi, teman-teman penulis mulai mengutarakan pendapatnya tentang gerakan ini. Tapi kebanyakan yang muncul adalah stigma negatif, seperti Salafi itu memonopoli masjid, mengeksklusifkan diri, keras, dan sebagainya. Intinya kebanyakan opini mereka hampir sama dengan opini umum publik terhadap gerakan yang dinamai Salafi ini, yang dinyatakan sebagai gerakan ekstrimis, eksklusif, mudah memvonis, dan yang lainnya.


Berangkat dari sanalah penulis ingin memberikan sebuah penjelasan mengenai Salafi dalam artikel ini. Artikel ini bukan merupakan sebuah risalah layaknya risalah ulama-ulama kibar (besar), bukan merupakan tesis ilmiah, tapi hanya sebuah catatan pengalaman, opini, dan mungkin otokritik terhadap gerakan dakwah Salafi di Bumi Pertiwi.

Siapa Salafi?

Kata Salafi berasal dari kata salaf yang berarti orang yang terdahulu, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,

Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). Dan Kami jadikan mereka sebagai salaf dan contoh bagi orang-orang yang kemudian” (QS. Az Zukhruf: 55-56)

Oleh karena itu, Fairuz Abadi dalam Al Qamus Al Muhith mengatakan, “Salaf juga berarti orang-orang yang mendahului kamu dari nenek moyang dan orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan denganmu.” (Al Manhajus Salaf ‘inda Syaikh Al Albani, ‘Amr Abdul Mun’im Salim, Al Wajiz fii Aqidah Salafish Shalih, Abdullah bin Abdul Hamid Al Atsary).

Dalam konteks lain, salaf menurut para ulama adalah sahabat, tabi’in (orang-orang yang mengikuti sahabat) dan tabi’ut tabi’in (orang-orang yang mengikuti tabi’in). Tiga generasi awal inilah yang disebut dengan salafush shalih (orang-orang terdahulu yang sholih). Merekalah tiga generasi utama dan terbaik dari umat ini, sebagaimana sabda Rasulullah ,

Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya kemudian generasi sesudahnya lagi.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi ‘Ashim, Bukhari dan Tirmidzi)

Sedangkan salafi itu sendiri adalah orang yang mengikuti salafuh shalih (Lihat Untukmu yang Berjiwa Hanif, Armen Halim Naro)

Jadi jelaslah Salafi bukanlah aliran baru, bukan pula madzhab, tetapi Salafi adalah orang-orang yang bermanhaj (cara beragama) sebagaimana para salafush shalih. 

Sejarah Salafi

Salafi bukanlah sebuah gerakan dakwah layaknya Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, atau yang lainnya. Sebagaimana definisi yang telah diterangkan, Salafi bermakna mereka-mereka yang mengikuti salafush shalih, yaitu para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Tidak bisa kita sebut bahwa Gerakan Salafi muncul di sini, di waktu ini, karena justru dakwah Salafi lahir dan berkembang dari kajian-kajian dan majelis ilmu. Di sanalah ruh mereka hidup, di sanalah terbentuknya “pemahaman” salafi, yakni ketika membahas ilmu-ilmu Islam yang berdasarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah, dan menyandarkan perkataan mereka pada perkataan para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan ulama-ulama yang mengikuti mereka. Mereka hidup secara alami, dan terus berlangsung dari generasi ke generasi hingga saat ini. 

Pun seandainya Salafi ingin dipaksakan untuk disebut sebagai gerakan dakwah yang baru bagi kaum muslimin, maka mungkin yang bisa saya sebutkan adalah gerakan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di Jazirah Arab sana. Gerakan dakwah beliau berpijak pada dua prinsip: Tashfiyah dan Tarbiyah yang berarti pemurnian dan pendidikan. Dan hingga sekarang, dua prinsip itulah yang dipegang oleh Salafi. Hal ini bukan berarti Syaikh Muhammad membawa sebuah ajaran baru, tidak sama sekali. Beliau “hanya” mengubah tradisi dan kepercayaan orang-orang di Jazirah Arab yang kebanyakan melakukan dan meyakini takhayul, bid’ah, dan kesyirikan yang saat itu memang menjadi tren. Yang beliau lakukan adalah menyerukan manusia untuk kembali kepada aqidah dan cara beragama yang benar sebagaimana generasi para sahabat dan pendahulu ummat. Yang disampaikan beliau adalah apa-apa yang telah disampaikan oleh ulama-ulama terdahulu. Apa yang beliau serukan telah diserukan pula oleh Imam Ahmad, Imam Syafi’i, Imam Malik, Al Auza’i, dan yang lainnya –rahimahumullah-.

Ketika Salafi Digugat

Mendengar komentar-komentar miring tentang Salafi, sebenarnya penulis sendiri bingung. Apa yang membuat orang-orang tidak suka pada dakwah salafiyah ini?

Salafi tidak mengajarkan hizbiyah (fanatisme kelompok) layaknya jama’ah-jama’ah dakwah lain justru sibuk mengajak orang ke dalam barisan mereka.  

Salafi tidak mengajak manusia untuk bersikap anarkis layaknya ormas yang mengatasnamakan Islam namun berbuat brutal.

Salafi tidak mengajak manusia berdemonstrasi, yang mana demonstasi itu justru mengganggu urusan manusia (misalnya, membuat jalanan macet), belum lagi ikhtilatnya.

Salafi tidak mengajarkan anti-pemerintah, yang mana bisa membuat urusan negara dan kaum muslimin menjadi tidak karuan.

Salafi tidak mengajarkan untuk keluar berdakwah kepada manusia tetapi meninggalkan tanggung jawab kepada keluarga sebagaimana jama’ah dakwah lain melakukannya. 

Dakwah Salafiyah inilah yang mengajak manusia kepada aqidah dan cara beribadah yang benar ketika jama’ah dakwah lain sibuk mengajak manusia untuk membentuk khilafah tanpa langkah kongkrit untuk mencerdaskan ummat.

Dakwah Salafiyah inilah yang mengajarkan manusia untuk meramaikan masjid dan majelis-majelis ilmu ketika jama’ah dakwah lain justru mengajak manusia untuk duduk di kursi parlemen sekalipun yang diajak adalah orang-orang kafir.

Dakwah Salafiyah inilah yang mengajak manusia untuk menuntut ilmu, mempelajari kitab-kitab para ulama, ketika jama’ah dakwah lain justru mengajak manusia untuk melakukan aksi anarkis dan merusak.

Ketika jama’ah dakwah lain melalaikan dakwah tauhid yang telah Rasulullah ajarkan sejak di Makkah selama 13 tahun, dakwah Salafiyah secara istiqamah menyerukan manusia kepada ketauhidan ini. Menurut penulis, tidak ada jama’ah dakwah lain yang lebih kosisten dalam memurnikan aqidah dan menebarkan sunnah dibandingkan dengan jama’ah Salafi ini. 

Bayangkan ketika dakwah Salafiyah ini padam, entah bagaimana kondisi aqidah ummat. Harus diakui, tidak ada jama’ah dakwah lain yang membawa konsep aqidah sejelas dan sekongkrit konsep yang didakwahkan Salafiyah, karena konsep aqidah ini memiliki dalil dan penjabaran yang ilmiah. Bukan seperti golongan yang beraqidah tidak jelas, yang bahkan mengklaim mendapatkannya dari Allah dan Rasul-Nya melalui mimpi dan halusinasi.

Begitu pun tentang konsistensi memegang teguh Sunnah. Kaum Salafi ini benar-benar istiqamah dan tegas dalam menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran Nabi . Ketika jama’ah dakwah lain lembek dalam masalah ini, Salafi tetap ketat menyeleksi bentuk ibadah agar tidak tercampur dengan ibadah buatan manusia. Bayangkan ketika standar ini tidak diberlakukan. Entah sudah ada berapa jenis dan bentuk ibadah yang harus kita lakukan karena kita menganggapnya bahwa hal itu baik. Padahal yang baik menurut kita belum tentu benar dalam timbangan Syari’at.

Sebuah Kritik

Ketika dakwah Salafi dikatakan sebagai dakwah yang eksklusif, maka hal itu adalah salah besar.

Sebelum saya mengenal dakwah ini, saya juga sempat berpikir demikian. Namun ketika memasuki majelis-majelis mereka, sama sekali tidak. Tidak ada sama sekali persyaratan, “Yang mau ikut kajian, pakai baju putih, punya jenggot, celana harus ngatung, dan berpeci”. Dakwah ini sama sekali terbuka untuk masyarakat. Bahkan di daerah asal penulis, banyak orang yang akhirnya mendapatkan pencerahan dan menuai berkah lewat dakwah Salafi ini. Mulai dari tukang ojek, hingga penjual somay. Mungkin jika disebut sebagai eksklusif, hal ini adalah karena penampilan mereka yang hampir seluruhnya seragam, sebagai salah satu konsekuensi ittiba’ kepada Rasulullah , maka gaya berpakaiannya pun mengikuti beliau. Tidak isbal, tidak ketat, dan lain-lain. Begitu pun memelihara jenggot sebagai sebuah konsekuensi mentaati perintah Nabi. Dakwah ini sama sekali terbuka untuk umum. Tidak seperti kajian salah satu jama’ah dakwah yang terbagi menjadi kajian umum dan kajian khusus anggota.

Ketika dakwah Salafi digugat sebagai pemakan masjid atau suka memonopoli masjid, maka hal itu adalah dusta. Karena Salafi tidak pernah membuat klaim dan memonopoli sebuah masjid karena masjid sejatinya adalah rumah bagi setiap kaum mu’minin. Adapun yang dilakukan oleh jama’ah Salafi adalah memakmurkan masjid. Justru jama’ah yang memonopoli masjid adalah jama’ah lain, yang disebut sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia.

Ketika Salafi dikatakan sebagai jama’ah yang keras dan suka menebar vonis sesat, maka hal ini perlu dijelaskan lebih lanjut.

Salafi sebagai sebuah manhaj, sebuah ideologi, sejatinya adalah manhaj dan ideologi yang ideal. Bayangkan saja, fokus dakwahnya selalu kepada apa-apa yang Rasulullah ajarkan, berdasarkan pemahaman para sahabat yang notabene adalah kaum yang paling mengerti tentang Islam. Munculnya sikap keras dari da’i-da’i Salafi ini mungkin terkait dengan beberapa hal. Setidaknya ada dua yang mungkin bisa kami sebutkan di sini,
 
Yang pertama, dakwah Salafi ini konsisten dan tegas antara yang haq dan yang batil.

Tidak ada jama’ah dakwah lain yang lebih konsisten dalam menetapkan standar melainkan Salafi. Entah itu standar ibadah maupun standar muamalah. Salafi ini tidak lembek, tidak seperti jama’ah dakwah lain yang melempem ketika menghadapi suatu masalah yang hingga akhirnya malah melemahkan dakwahnya hingga dakwah pun bercampur dengan hal lainnya.

Apa yang hitam, maka hitam. Yang putih, maka putih. Dan tidak ada yang namanya abu-abu. Mungkin begitulah prinsip Salafi yang terus dipegang hingga saat ini. Wajar ketika masyarakat kita yang kebanyakan sudah dicelupi oleh pemikiran-pemikiran dari luar Islam atau belum mengenal antara yang benar dan yang salah, kemudian berkata “Ih, kok keras banget sih Islamnya, kok gini aja disalahin?”, “Masa’ ngelakuin ini aja udah dibilang bid’ah?”, dan reaksi lainnya.

Yang kedua, dakwah Salafi memegang teguh prinsip Tashfiyah (Pemurnian).

Dakwah Salafi sangat konsisten dengan gerakan pemurnian ajaran Islam. Dan sangat wajar bila ada ajaran-ajaran di luar Islam yang tercampur dalam Islam, maka ajaran-ajaran di luar Islam tersebut wajib ditolak.

Tidak seperti definisi pembaharuan Islam yang dikatakan oleh banyak orang saat ini, yakni pembaharuan Islam adalah rekonstruksi ulang ajaran-ajaran Islam sesuai dengan zaman. Definisi pembaharuan menurut Salafi adalah pemurnian ajaran Islam dan mengembalikan sumber-sumber syariat kepada Al Qur’an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman para sahabat. Pembaharuan ala Salafi inilah yang sering menimbulkan gejolak di kalangan masyarakat. Karena memang dalam beberapa hal ada yang telah mendarah daging di masyarakat padahal salah, maka hal tersebut harus dibuang. Misal dalam masalah Kitab Ihya Ulumuddin yang ditulis oleh Imam Al Ghazali rahimahullah. Tidak bisa dipungkiri bahwa kitab Ihya merupakan salah satu kitab terbaik dalam konteks penyucian jiwa. Bahkan buku ini dijadikan referensi oleh Dr. Ahmad Farid, murid ulama besar Salafi dalam bidang hadits yaitu Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, dalam menulis kitab-kitabnya. Namun, karena banyaknya kekurangan dalam kitab Ihya ini, entah itu banyaknya hadits palsu maupun cerita yang riwayatnya kurang jelas, maka kitab Ihya Ulumuddin ini jarang digunakan sebagai referensi kaum Salafi dalam masalah aqidah maupun masalah yang lain. Hal ini bukan berarti karena Salafi melaknat Kitab Ihya Ulumuddin dan penulisnya, tidak sama sekali. Namun hal ini dikarenakan adanya keinginan pemurnian ajaran Islam dengan literatur-literatur yang lebih otentik.

Jadi ketika melihat adanya oknum Salafi yang berlaku keras dalam berdakwah, selain alasan-alasan yang dibenarkan syariat, maka hal itu tidak lepas dari kekurangan oknumnya. Tidak bisa dipungkiri, jama’ah Salafi bukanlah jama’ah malaikat. Betapa banyak diantara mereka yang juga memiliki begitu banyak khilaf. Diantaranya berdakwah dengan keras sehingga membuat manusia lari dari kebenaran. Salafi sebagai manhaj tidak bisa kita gugat karena memang konsep manhaj Salafi telah jelas memiliki dasar yang ilmiah, tetapi Salafi sebagai personal atau oknumnya, maka jangan sandarkan perilaku kesalahan itu kepada manhajnya, tetapi semata-mata karena kesalahan pribadi. Sama seperti ketika Islam dituduh lantaran aksi-aksi terorisme. Bukan Islamnya yang salah tetapi oknum yang mengaku Islam itulah yang bersalah.

Penutup

Jika tulisan ini terkesan memunculkan Salafi sebagai sebuah hizb atau harakah, maka tolong jangan disalahartikan. Penulis memilih bahasa atau gaya penulisan seperti ini agar pembaca mengerti, bagaimana “Salafi” sebagai sebuah gerakan dakwah Tashfiyah wat Tarbiyah. Atau mungkin jika tulisan ini dirasa menyinggung suatu golongan tertentu, maka tolong introspeksi diri karena dalam tulisan ini sama sekali tidak ada hujatan atau cacian kepada satu golongan tertentu dari kaum muslimin.

Penulis bukanlah seorang yang berilmu tinggi, tidak pula seorang yang paling tahu akan manhaj Salaf dan dakwahnya, tetapi penulis di sini hanya sekedar berbagi opini dan pandangan dengan harapan para pembaca mendapat pencerahan mengenai gerakan dakwah yang dikenal sebagai Salafi ini. Dimohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Wallahu a’lam.

Sumber Penulisan:

Bersikap Adil Kepada Wahabi, AM Waskito. Penerbit: Pustaka Al-Kautsar.



Surabaya, 30 April 2013
Di bawah pekatnya langit menjelang tengah malam
Artikel Cafe Sejenak

21 komentar:

  1. Salafi selalu menganggap dirinya benar... dakwah salafi bukan mengajak...akan tetapi menginjak... salafi juga tak punya keberanian mencegah kemungkaran...

    BalasHapus
  2. @Anonimukuran kebenaran itu ditimbang dengan dalil,,,bukan cuma menginjak tapi menyingkirkan yang bathil,,,,modal keberanian saja tidak cukup mencegah kemungkaran harus diiringi dengan ilmu

    BalasHapus
  3. "Salafi" ekslusif memang iya. Jika ada orang lain mau ikut kajian silahkan, tapi mereka tidak mau ikut kajian kelompok lain. Mereka tidak suka mengelompokan umat muslim tapi mereka menghakimi/melabeli yang tidak sepaham dengan mereka. Kalau diundang ke suatu acara, mereka datang kalau yang mengundang satu kelompok. Mereka lebih condong ke pemerintah arab saudi daripada permerintah RI. Mereka merasa paling berhak kuliah/mendapat beasiswa dari universitas Arab Saudi, orang lain akan dianggap menyusup. Mereka menganggap jenggotnya dan celana cingkrang kelompok jihad hanya untuk menarik perhatian. Oh ya satu lagi...mereka pecah jadi dua faksi gara2 duit.
    Mohon koreksi jika saya salah.

    BalasHapus
  4. Bismillah...
    wah, tulisan yang menurut saya bagus. setidaknya menjawab keraguan-keraguan saya selama ini, hehe. untuk anonim, saya gatal sekali ingin mengoreksi anda.

    salafi gak mau ikut kajian kelompok lain? menurut saya ini nggak lepas dari prinsip pemurnian yang dijelaskan di artikel di atas. kaum salafi ingin mendapatkan ilmu yang murni, maka jelas harus mencari sumber yang terpercaya. jangan tersinggung, tapi apa salafi bakal ikut kajian Islam yang masih berpaham tradisionalis yang banyak mengambil ilmunya dari filosofi-filosofi masa lalu? ayolah, labelisasi justru jauh lebih sering dilakukan oleh orang aswaja ketimbang salafi. setidaknya salafi punya standar tetap dan (menurut saya) sangat ilmiah. kalau orang khawarij ciri-cirinya begini, begini, begini. beda jauh kalau orang aswaja melabeli salafi dengan standar yang gak jelas

    salafi lebih condong ke pemerintah saudi daripada RI? ayolah, jangan suka fitnah. yang dimaksud condong itu bagaimana? salafi "condong" ke saudi karena memang saudi merupakan negeri para ulama salafi, begitu juga di saudi ada fasilitas menuntut ilmu seperti univ. Islam Madinah dan Univ. Ibnu Su'ud. sudah, hanya sebatas itu. dan untuk pemerintah RI, coba anda liat sekarang ini. apa salafi hobi berdemonstrasi kepada pemerintah? bahkan dalam penetapan hari raya pun salafi ditekankan untuk ulil amri, mengikuti pemerintah (meski pemerintah saudi menetapkan hari raya itu jatuh di hari yang berbeda dengan pemerintah RI).

    merasa paling berhak kuliah di saudi? wahwah, ini mengada-ada. anda dukun ya sampai tau hatinya orang salafi itu merasa paling berhak? mungkin kalau disebut "merasa paling berhak" itu keliru, yang lebih tepat adalah "yang paling semangat". dianggap penyusup? waduh, anda menganggap seseorang beranggapan demikian, saling anggap menganggap (yo dawg, hehe). Sekali lagi, apa anda dukun? O iya, saudi adalah negara salafi, tapi memberikan kesempatan luas untuk semua pihak buat belajar di sana, termasuk NU. http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,39091-lang,id-c,nasional-t,Beasiswa+S1+S2+S3+Arab+Saudi+untuk+Kader+NU-.phpx

    pecah faksi gara-gara duit? subhanallah. mohon ada data yang jelas sebelum berbicara masalah ini. kalau masalah perpecahan salafiyyin Indonesia, maka itu adalah gak lepas dari perpecahan di Timur Tengah sana. saya gak berani berkomentar, karena emang ga ada ilmunya. tapi tolong, itu masalah ijtihadiyah. untuk apa mengangkat masalah perpecahan ummat ini? ulama zaman dahulu saja melarang kita mengangkat pembicaraan tentang perpecahan Ali dan Muawiyah (semoga Allah meridhai mereka) yang berlatar politik.

    sekian dari saya, semoga bermanfaat. Apa yang benar maka sungguh itu datang dari Allah, dan apa yang salah maka hal itu adalah ketergelinciran saya. Wallahu a'lam.

    salam persaudaraan, Eriq Balem of Indonesia

    BalasHapus
  5. terimakasih.atas koreksinya.
    Yang saya tangkap
    1. "Salafi" sudah merasa paling benar. Dan kelompok lain ga ad yang benar tentang apa yang mereka sampaikan.
    2. "Salafi" gampang melabeli. Hanya melakukan satu bid'ah di cap ahlul bid'ah, memperingati maulid nabi di cap sesat.Hanya karena ada satu ciri dalam suatu kelompok, "salafi" lgs melabeli ini kelompok ini...
    3. "Salafi" memang condong ke Arab Saudi, kalau ada berita jelek tentang saudi "salafi" membela.Coba ada berita jelek tentang Indonesia.Saya tidak pernah melihat pembelaan "salafi".
    4. Bukan saya yang membuat anggapan yang kuliah di arab saudi selain "salafi" adalah penyusup.Tapi sekali lagi "salafi" sendiri.Coba cari di search...
    5. Memang "salafi" pecah jadi 2 (DUA) faksi karena fulus. Yang satu dapat dana dari Turot yang satu lagi ngga kebagian.Bahkan pendukung dua kubu saling berkata kasar. Coba cek di media online (kalau ga mau ngaku).Kasian... Dan perpecahan ini beda dengan Sahabat Ali r.a dgn Muawiyyah r.a.
    6. Nasehat saya kepada "salafi", bikinlah partai seperti di Mesir...NU dan "Salafi" sama saja.
    Sekian dari saya.

    BalasHapus
  6. 1. Merasa paling benar ? Adakah dakwah yg keukeuh dlm pemurnian tauhid sekeukeuh salafi ? Adakah dakwah yg to'at pd pemerintah ? Ad yg duduk di parlemen tp Sll nentang kebijakan2 pemerintah, ad yg mengatakn sistem pemt skrg "kuffur"..

    2. Melaksanakan Maulid, Tahlilan, Isro' Mi'roj, ngelap berkah <- dilakukan lbh dr skali dlm stahun ^_^

    3. Prnh g dgr salafy mengatakan klo pak Gus Dur piiiip krn melegalkn KongHuChu (maaf jika salah dlm pnulisan) ? Prnh g salafy mengatakan pak SBY piiip krn mendapat gelar "ksatria salib" dr negara lain ?

    Utk point 4&5 ana lbh milih "silent" krn tdk mmiliki 'ilmu atasx. وَ الـلّـــهُ اَعْــلَـــمْ بِالصَّــــوَابِ ^_^

    BalasHapus
  7. klo salafi pecah gara2 duit tu ma ga heran.mang tujuan mereka itu... kenyamanan hidup didunia...pengen masuk surga tp g pengen susah.

    salafi lebih suka membela pemerintah yg dzalim lg thogut drpd membela saudara semuslim...

    BalasHapus
  8. sa(la)pi penipu umat.
    klo ada yg sdikit saja yg melawan pemerintah,maka mereka langsung melabeli khawarij.pdhl imam ahmad bin hambal yang bener2 salaf aja jg melawan negara.coba klo kalian konsisten dan g punya otak pasti kalian jg akan melabeli imam ahmad,ibnu zubeir atau bahkan husein bin ali dg gelar khawarij...
    klo untuk urusan pemerintah, salafi ma NU g da bedanya sama2 pembela pancasila

    BalasHapus
  9. Dia akhir penutupan sebuah kalimat yang menurut saya adalah dimana selalu menganggap dirinya benar dengan pemahamanya dan orang lain itu dalan jalan atau pemahaman yang salah dan memang "salafi" dari awal dan sekarang begitu coiba perhatikan kata-katanya "Atau mungkin jika tulisan ini dirasa menyinggung suatu golongan tertentu, maka tolong introspeksi diri karena dalam tulisan ini sama sekali tidak ada hujatan atau cacian kepada satu golongan tertentu dari kaum muslimin.

    menurut saya seandainya "salafi" mau berdiskusi dan mendengarkan serta menerima dan memahami golongan yang selalu di hujat menguraikan pemahamanya dengan menyampaikan hujah-hujah yang jelas mungkin kita akan bergandengan tangan berdakwah yu kita saling menghargai perbedaan, jangan di bisakan menyuruh orang lain ber introsfeksi diri tetapi alangkah baiknya yu marilah kita berintrosfeksi diri, sebab kita manusia tempatnya salah dan dosa. begitulah ulama-ulama yang dulu jika ada perbedaan. oke viiiiis


    BalasHapus
  10. Menengok beberapa komentar di atas tentang "salafi merasa paling benar" sungguh aneh. Saya merasa sebagian orang INGIN dirinya/pendapatnya/kelompoknya juga dikatakan benar.

    Ketahuilah, KEBENARAN ITU HANYA 1. Shirotol Mustaqim itu bentuknya tunggal. Sedangkan jalan-jalan kesesatan bentuknya jamak. Lalu, bagaimana mungkin ada banyak jalan kebenaran?

    "...bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. " (al-An'am: 153)

    JalanKu satu, jalan-jalan yg lain banyak.

    Allah sendiri yg melarang kita mengikuti jalan-jalan yg "lain".

    Lalu jalan manakah yg Allah perintahkan utk kita ikuti?

    1) Shirothol Mustaqim yg dlm banyak ayat diartikan "Islam"
    2) Jalannya sahabat (Baca: salafush shalih). Mereka itulah ORANG YG PERTAMA KALI MENITI SHIROTHOL MUSTAQIM DARI UMAT NABI MUHAMMAD SAW.

    Pernah terpkir? kenapa DALAM SETIAP SHALAT, ORG YG SUDAH ISLAM, SUDAH SHALAT, TAPI MASIH MEMINTA DITUNJUKI JALAN YG LURUS? SHIROTHOL MUSTAQIM?

    Ini karena ORANG ISLAM (POIN 1) MASIH BUTUH POIN 2. Artinya, BELUM TENTU ORG YG BERLABEL ISLAM & SHALAT MENEMPUH JALANNYA SAHABAT YAITU MASUK ISLAM SECARA KAFFAH.

    Inilah jalan yg Allah perintahkan utk diikuti:

    "Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti selain jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia larut dalam kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [ An-Nisa`: 115 ]

    Siapakah "orang2 mukmin" yg dimaksud dlm ayat di atas? Merekalah sahabat! Org yg pertama dimaksud oleh ayat itu ADALAH SAHABAT.

    Allah menginformasikan kepada kita, "barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti selain jalan orang-orang mukmin," yaitu:

    org yg MENYELISIHI JALANNYA/SUNAHNYA ROSUL DAN PARA SAHABAT.

    maka ia:

    "Kami biarkan ia larut dalam kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam,"

    Maka jelas, kebenaran itu hanya 1, yaitu jalannya para sahabat, shirothol mustaqim.

    Yg menentang jalan ini berada dlm kesesatan (lihat ayat di atas). Dan ayat ini mengandung PERINTAH UTK MENGIKUTI JALANNYA/CARA BERAGAMANYA SAHABAT.

    Case in point: Jamaah Tabligh.

    Mereka mengamalkan sunnah-sunnah, shalat 5 waktu di masjid, dll. Kl ini yg anda katakan sbg "benar", mk kami setuju.

    dia benar BUKAN SEBAGAI JAMAAH TABLIGH (ini sekedar contoh), TAPI KARENA SESUAI SUNNAH ROSUL. Lalu, apakah secara keseluruhan ia benar? Kita jawab tetap tidak! Karena jalan yg mereka tempuh bukanlah sabilul mukminin, jalannya para sahabat. Ini adalah cara baru dlm beragama. minimnya nahi munkar, meninggalkan anak-istri, mengutamakan ke India dlsb drpd ke Tanah Suci BUKANLAH JALAN SAHABAT. Apalagi mewajibkan "khuruj". Sesuatu yg Allah & RasulNya tdk pernah mewajibkan.

    "...Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah" (al-Hadiid: 27)

    Demikianlah cara menilai kami, walau tulisan ini berasal dari saya pribadi. Jalan kebenaran hanya 1.

    Fadil ~ Qur'an-Sunnah.net

    BalasHapus
  11. Allah juga melarang kita mencampurkan yg haq dgn yg baathil

    "Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu[43], sedang kamu mengetahui." (al-Baqarah: 42)

    Jadi, kesalahan, kemungkaran harus disampaikan. Dan ketika kita menyampaikan hal tsb,

    1) pasti banyak yg tidak suka
    2) jangan selalu diartikan yg menyampaikan paling benar.

    Menyampaikan kebenaran itu kewajiban setiap Muslim. Jika kita menyampaikan kebenaran, lalu kita dikatakan "merasa paling benar", maaf berarti Anda masih bermental jahiliyah. Seradak-seruduk dan TIDAK MAU MENERIMA KRITIK.

    Ingat, kebenaran itu, adalah kesesuaian dgn al-Qur'an & as-Sunnah

    "...jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian..." (an_nisaa: 59)

    Siapa yg paling sesuai dengan yg di atas, maka ia yg benar. Harus legowo. Tidak pandang bulu. Kalau kami benar, katakan benar. Kalau salah, sampaikan salahnya dimana dgn dalil-dalil.

    Seperti pd penutup tulisan di atas, tiap individu memiliki kekurangan. Kita akan dihisab secara individu, bukan jamaah. Bisa saja seseorang itu secara manhaj dia benar, mengikut salafush shalih, namun secara individu ada kekurangan/kesalahan. Tetap tidak terbebas dari kesalahan.

    Maka dgn demikian, org yg menuduh "salafi merasa paling benar", JUSTRU DIA YG MERASA PALING BENAR. Marilah kita timbang kebenaran itu dgn kesesuaian pada al-Qur'an & as-Sunnah. Bukan berdasar perasaan/pendapat pribadi/akal/hawa nafsu/dst, dst.

    Semoga Allah memberi kita taufiq & hidayah utk berpegang teguh kepada al-Qur'an & as-Sunnah sesuai yg dipahami oleh generasi awal umat ini. Aamiin.

    "Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin[314], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" (an-Nisaa: 69)

    Fadil ~ Qur'an-Sunnah.net

    BalasHapus
  12. m'f ustadz, sya sngt awam dlm mslh agama coz latar belakang pndidikan umu...sya mau nanya?mengapa harus salaf???mengapa tidak Islam saja???menurut pmikiran sy yg awam ne, klu smua pake nama golongan/manhaj msg2, jd yg Islam sbnarnya siapa????trus bgi kami yg awam, stlh dengar dri salafi kami ikuti, trus dibantah ma NU trus da pula yg namanya golongan asy'ari n berbantahan pula dg gol/klmpok yg lain...jd kami yg awam mau milih yg mana???coz pndapatnya brtentangan n kmungkinan bnar salah satu or salah keduanya...g' mgkn benar keduanya coz brtentangan...

    BalasHapus
  13. Lucu saja ketika berkiblat pemahaman kepada saudi secara penuh. Boleh deh dibaca lagi ttg sejarah revolusi Arab. Pemerintah Arab sekarang sudah menjadi 'boneka'. Kalo menjunjung tinggi keislaman, maka tanah haram tidak akan bisa dilanggar, tidak akan ada McD dan semacamnya di tanah suci...

    BalasHapus
  14. Bid'ah dolalah masuk neraka, TBC, musrik, memurnikan akidah menafsirkan Quran dan Ayat sesuai nafsu dan pemahaman dedengkotmu si eyang Bani yg gak ketauan gurunya hanya menukil2 hadist dan membuang yg kurang sesuai. di ikuti si Baz yg di ikuti setengah mati sama pengikutnya.
    mereka sudah saling mengkafirkan kelompoknya sendiri dan akan terpecah belah dengan sendirinya...
    Alfaqir.. murid dari Habibana Munzir

    BalasHapus
  15. menarik sekali mas mbok sy dikasih buktinya shg sy bisa katakan pd manusia bahwa ini bukan fitnahatau sekedar membabibuta alias fnatik pd sang guru

    BalasHapus
  16. Menurut pendapat saya pribadi setelah menghadiri dakwah salafi yg kebetulan diadakan di masjid dekat rmh, dakwah ini sangat ilmiah dan selalu bersandarkan pada dalil2 , tidak mengada-ada atau sekedar taklid kepada ulama tertentu.


    Memang pada awal saya mengikuti kajian dakwah salafi ini saya menganggap ini adalah islam garis keras (kebetulan dapat giliran ustad yg tegas dlm mengajarkan Tauhid), selain itu saya  melihat banyak para jamaahnya yg berjenggot dan bercelana cingkrang. Namun setelah saya baca2 dibuku hadist memang penampilan seperti itulah yg diajarkan rasulullah. Mungkin saya pribadi saja yg belum siap untuk sepenuhnya mengikuti ajaran rasulullah tsb.


    Saran saya daripada anda salah menilai dakwah salafi , lebih baik anda hadiri kajian2 dakwah salafi yg banyak diselenggarakan di masjid, hitung2 nambah pahala dan dapat ilmu yg bermanfaat untuk bekal akherat.


    Tak kenal maka tak sayang... jangan asal menilai berdasarkan pendapat orang lain atau tulisan2 di media atau di internet saja. Oh iya ada cara mudah untuk mendengarkan dakwah salafi ini, dengerin aja radio rodja di saluran 756 AM. 



    Rasulullah bersabda : " Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." (H.R Muslim)

    BalasHapus
  17. Anonim pembenci sesuatu yang menyedihkan15 Januari 2014 pukul 16.26

    Haduh... masih ada aja orang yang menggunakan argumen "jangan merasa paling benar" padahal penggunaan argumen itu sering kali menunjukkan bahwa penggunanyalah yang merasa yang paling benar, tidak mau disalahkan, tidak mungkin salah, tidak menerima kritik maupun saran, dan dengan argumen itu secara tidak langsung merendahkan orang lain.

    Menolak kebenaran.... merendahkan orang lain... pakah itu? Yap.. itu adalah sombong, dan ingatlah tidak akan masuk surga orang yang memiliki kesombongan di hatinya sebesar biji zarrah pun. Lain kali kommen dengan kepala dingin, jangan dengan kata orang atau karena hati.

    BalasHapus
  18. Dalam tanggapan Anda (atau Sdr. Fadil) pada tanggal 20 September 2013 jam 23.31 disebutkan:

    "Lalu jalan manakah yg Allah perintahkan utk kita ikuti?

    1) Shirothol Mustaqim yg dlm banyak ayat diartikan "Islam"
    2) Jalannya sahabat (Baca: salafush shalih). Mereka itulah ORANG YG PERTAMA KALI MENITI SHIROTHOL MUSTAQIM DARI UMAT NABI MUHAMMAD SAW.

    Pernah terpkir? kenapa DALAM SETIAP SHALAT, ORG YG SUDAH ISLAM, SUDAH SHALAT, TAPI MASIH MEMINTA DITUNJUKI JALAN YG LURUS? SHIROTHOL MUSTAQIM?

    Ini karena ORANG ISLAM (POIN 1) MASIH BUTUH POIN 2. Artinya, BELUM TENTU ORG YG BERLABEL ISLAM & SHALAT MENEMPUH JALANNYA SAHABAT YAITU MASUK ISLAM SECARA KAFFAH."

    Yang ingin saya tanyakan:

    a. Apakah kategori seseorang agar bisa sebut sebagai Sahabat Rasul? Apakah hanya mereka yg lama hidup bertahun-tahun menyertai Rasul? Ataukah seseorang yang sekali berjumpa Rasul dan menyaksikan perbuatan Rasul bisa dikategorikan sbg Sahabat?

    b. Apakah semua Sahabat itu sudah pasti benar dan harus diikuti? Jika betul, bagaimana apabila ada perbedaan sikap atau pendirian di antara sahabat mengenai suatu hal tentang agama, lalu sikap atau pendirian Sahabat mana yg kita harus ikuti?

    3. Apakah terdapat dalil yg kuat yg disepakati oleh mayoritas ulama dari dulu hingga sekarang yg mejadi dasar larangan bagi umat muslim mempertentangkan antara Sahabt yg satu terhadap Sahabat yg lain?

    4, Apabila terdapat hasil riset sejarah yang valid secara ilmiah yg menunjukkan adanya pertikaian bahkan pertumpahan darah di antara sahabat atau antara tabi'in, atau tabiut tabi'in, apakah hasil riset sejarah itu dapat dikategorikan haram utk dijadikan rujukan bagi umat muslim?

    Mohon pencerahannya.




    BalasHapus
  19. Anonim, ada 4 poin yg di tanyakan. Hendaknya antum hadiri saja kajisn2 yg bermanhaj salafi, maka akan lebih jelas. Jika dirasa menurut anda itu tidak benar cukup jangan ikuti, dan setau saya kajian kajian salaf semua yg disampaikan selalu mengedepankan Al quran dan hadits/sunnah, tidak ketinggalan misal Ibnu Katsir mengatakan blablabla, dan tidak sekalipun memakai hadits yg lemah.
    Seperti ada yg komen sebelumnya, hitam ya hitam putih ya putih..

    Ketika hitam dikatakan putih dan kita menolak, berati hati kita bermasalah. Sudah ada komentar yg menukil, kalau kita tidak mau menerima kebenaran Allah akan menjauhkan..


    Cek saja, hadiri saja kajiannya, apakah benar seperti yg sudah dituduhkan? Merasa paling benar dll.


    Jazakillah untuk penulis dan yg sudah berkomentar ntah itu pro ataupun kontra, itu semua menjadi pelajaran tersendiri.

    "Mencari kebenaran, bukan PEMBENARAN"
    kita sama2 manusia yg cenderung nafsu membenarkan kelompok. Tapi kembalilah pada apa yg sudah diturunkan, Al Quran dan Sunnah.

    BalasHapus
  20. Boleh merasa kelompoknya paling benar tapi jangan menyalahkan kelompok lain. Krn setiap kelompok/jamaah tdk ada jaminan dr Allah sbg jamaah yg paling benar. Manusia itu tempatnya salah...bodoh, lemah dan byk khilafnya.... marilah kita saling melengkapi satu sm lain jangan saling menghujat....krn tujuan kita sama mencari ridho Allah dg diterapkannya Syariat Allah scr kaffah.... wallahu'alam

    BalasHapus
  21. Yg mengikuti salaf lah yg masuk surga. Jgn ikut klompok, atau imam atau pamimpin. Sbab mereka tdk djamin masuk surga, yg djamin masuk surga hanya rasulullah dn para sahabat. Baca QS. At taubah : ayat 100

    BalasHapus