Apakah Hukum Islam Melanggar HAM?

29 Desember 2010 0 komentar

Pertanyaan:
Apa pendapat anda terhadap orang yang mengatakan, "Sesungguhnya memotong tangan si pencuri dan menjadikan nilai persaksian kaum wanita separuh dari persaksian kaum lelaki adalah sesuatu yang keras (tidak berprikemanusiaan, pent.), dan melanggar hak asasi kaum perempuan?" Semoga Allah membalas dengan kebaikan bagi anda.
Jawaban:
Saya tegaskan terhadap orang yang mengatakan memotong tangan pencuri dan menjadikan nilai persaksian kaum wanita separuh dari persaksian kaum lelaki sebagai sesuatu yang keras dan melanggar hak asasi kaum wanita, bahwa dengan perkataan ini dia telah keluar (murtad) dari Islam dan kafir terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala . Maka, wajib baginya untuk bertaubat kepada Allah dari hal itu. Bila dia tidak mau, maka dia mati dalam kondisi kafir, sebab hal inilah hukum Allah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

Ruh Allah dan Ruh Nabi Isa. Membantah Fitnah Isa Anak Allah dan Sebanding Dengan-Nya

25 Desember 2010 0 komentar

Banyak orang ternyata bingung mengenai ruh Nabi Isa yang sering disamakan dengan ruh Allah, sehingga mereka menganggap bahwa Nabi Isa adalah anak Allah, atau justru penjelmaan Allah –Maha Suci Allah dari yang mereka sangka-. padahal, dalam aqidah seorang muslim yang lurus sudah seharusnya mengakui bahwa keesaan Allah itu mutlak. Sesuai dengan yang ada dalam al-Qur’an,

Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
(QS Al-Ikhlas: 3-4)
            Lantas, bagaimana kita menyikapi hal ini? Simak saja tanya jawab antara seseorang dengan salah seorang ulama terkemuka, Syaikh Abdullah bin Jibrin, yang membantah fitnah mereka.

Bagaimana Sikap Kita Dalam Menyikapi Perselisihan di Antara Para Shahabat?

24 Desember 2010 0 komentar

Pertanyaan:
            Saya adalah guru sejarah dan pada kurikulum kelas 1 SMP kami memberikan materi sejarah tentang Perang Shiffin dan Perang Unta. Kami mendapati beberapa pertanyaan dari para siswa, yaitu: “Bagaimana mungkin para shahabat saling berperang mengenai apa yang terjadi di antara mereka?” mereka juga menyebutkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
Jika dua orang Muslim bertemu dengan (mengacungkan) kedua pedang mereka, maka yang membunuh dan yang dibunuh berada di neraka
(Muttafaqun ‘alaihi)
            Bagaimanakah sikap kita dalam hal ini?

Penjelasan Ayat Kontradiktif tentang Takdir dan Keburukan

0 komentar
Pertanyaan:
            Allah berfirman,
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”
(QS At-Taubah: 51)
            Apakah keburukan yang menimpa kita telah ditetapkan oleh Allah? Jika jawabannya iya, maka apa maksud firman Allah,
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri...
(QS An-Nisaa: 79)

Biografi Syaikh Ibnu Utsaimin

23 Desember 2010 0 komentar

Ketahuilah, sesungguhnya harapan yang terpuji tidaklah ada kecuali bagi orang yang beramal dengan ketaatan kepada Allah dan mengharapkan pahala atasnya, atau orang yang bertaubat dari kemaksiatannya dan mengharapkan taubatnya diterima. Adapun harapan semata yang tidak diiringi dengan amalan, maka itu adalah ghurur/ketertipuan dan angan-angan yang tercela
-Syaikh Ibnu Utsaimin-
Sebenarnya, kita sering mendengar nama Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin sebagai salah satu ulama tersohor di abad ini. Meskipun beliau sudah wafat, namun karya-karya beliau tetap otentik dan dipertahankan hingga sekarang sebagai rujukan dalam ilmu Islam (terutama fiqh).
Siapa sebenarnya beliau? Mengapa nama beliau tetap dikenal dan karya-karya beliau begitu banyak dijadikan rujukan? Bagaimana latar belakang beliau? Bagaimana pendidikan beliau hingga menjadi salah satu ulama terbesar abad ini? Dari mana saja ia menuntut ilmu?

Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin: Hukum Merayakan Hari Ibu

22 Desember 2010 2 komentar
Pertanyaan:
Kebiasaan kami, pada setiap tahun merayakan hari khusus yang disebut dengan istilah hari ibu, yaitu pada tanggal 22 Desember. Pada hari itu banyak orang yang merayakannya. Apakah ini halal atau haram. Dan apakah kita harus pula merayakannya dan memberikan hadiah-hadiah?
Jawaban:
Semua perayaan yang bertentangan dengan hari raya yang disyari'atkan adalah bid'ah dan tidak pernah dikenal pada masa para salafus shalih. Bisa jadi perayaan itu bermula dari non muslim, jika demikian, maka di samping itu bid'ah, juga berarti tasyabbuh (menyerupai) musuh-musuh Allah Subhanahu Wa Ta'ala . Hari raya-hari raya yang disyari'atkan telah diketahui oleh kaum muslimin, yaitu Idul Fithri dan Idul Adha serta hari raya mingguan (hari Jum'at). Selain yang tiga ini tidak ada hari raya lain dalam Islam. Semua hari raya selain itu ditolak kepada pelakunya dan batil dalam hukum syariat Allah Subhanahu Wa Ta'ala berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ,

Macam-macam Cinta

19 Desember 2010 0 komentar
Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.
-Hamka-
Cinta? Mau membicarakan tentang apa? Kisah cinta sinetron? Kisah cinta romantis dan dramatis? Atau happy ending? Tenang, cinta itu sangatlah luas. Sementara itu, bila cinta hanya dibatasi dengan cinta yang sering kita temui dalam roman picisan, maka hal itu tentu saja sebuah kesalahan yang besar. Karena dengan itu berarti cinta itu adalah ibadah kepada hawa nafsu. Na’udzubillahi min dzalik! 
            Pembatasan mengenai cinta itu benar-benar sebuah kesalahan fatal. Karena itu berarti bahwa pandangannya sempit dan hanya dari satu sisi. Bisa dari sisi sinetron, sisi roman picisan, atau sisi puteri Disney. Pernahkah kita berpikir bagaimana melihat cinta itu dari seluruh sisi sehingga kita bisa memahaminya secara sempurna? Karena pemahaman kebanyakan orang mengenai cinta di zaman sekarang begitu dangkal. Lalu, apa solusinya?

Membangun Identitas Peradaban

12 Desember 2010 0 komentar
Bukankah sebagai seorang muslim, maka kita harus memiliki sebuah identitas? Layaknya seorang pelajar yang tengah menghadapi ujian nasional. Apabila ia tidak memiliki tanda pengenal, kartu peserta, atau suatu hal yang menunjukkan identitasnya, maka apa yang terjadi? Bisa jadi pelajar itu tidak bisa mengikuti ujian nasional, minimal akan dipersulit.
            Begitu pula dengan kita, kaum muslimin. Sesungguhnya kita hidup di dunia ini adalah ujian. Dan apabila kita hidup tanpa suatu tujuan yang jelas, tanpa sebuah identitas yang menunjukkan “siapa kita, siapa mereka” di mata Allah dan di hadapan seluruh makhluk, maka apakah kita akan meraih sebuah hasil yang memuaskan? Hasil dari perjuangan, ibadah, dan kerja keras kita di dunia seumur hidup kita. Maka apakah kita mau nanti menjadi orang yang merugi? Na’udzubillah min dzalik.